Perusahaan fintech asal Swedia, Klarna, mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 24% pada tahun 2024, seiring dengan persiapan pencatatan sahamnya di bursa AS. Model pembayaran “buy now, pay later” (BNPL) yang diusungnya terus menarik perhatian investor, mengukuhkan posisinya di industri keuangan digital global.
Dalam kurun waktu dua tahun, valuasi Klarna melonjak drastis dari $5,5 miliar menjadi $46,5 miliar, didorong oleh tiga putaran pendanaan antara pertengahan 2020 hingga 2021. Perusahaan ini membukukan pendapatan sebesar $2,81 miliar hingga akhir tahun 2024, meningkat dari $2,28 miliar pada tahun sebelumnya.
Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, Klarna berhasil mencetak keuntungan sebesar $21 juta (1 sen per saham) di 2024, berbanding terbalik dengan kerugian $244 juta (69 sen per saham) pada tahun sebelumnya. Ini menunjukkan pemulihan yang signifikan setelah sempat menghadapi tantangan valuasi yang menurun hingga $6,7 miliar dalam putaran pendanaan 2022.
Pasar BNPL sendiri diprediksi melampaui $160 miliar pada 2032, dengan semakin banyak ritel besar seperti Walmart, Target, dan Amazon yang mengadopsi layanan serupa. Fintech besar lainnya seperti Affirm dan Block juga terus memperkuat penetrasi mereka di industri ini.
Rencana IPO dan Kemitraan Global
Klarna sebelumnya mempertimbangkan untuk melakukan direct listing pada 2021, sebuah metode pencatatan saham yang lebih hemat biaya dibandingkan IPO tradisional. Namun, rencana itu tertunda, dan kini perusahaan siap melantai di Bursa Efek New York dengan simbol saham KLAR. Goldman Sachs, JP Morgan, dan Morgan Stanley ditunjuk sebagai penjamin emisi utama.
Dalam ekspansi bisnisnya, Klarna telah bermitra dengan berbagai merek global terkemuka seperti Sephora, Nike, dan Airbnb, memperkuat posisinya sebagai pemimpin di industri pembayaran digital.
Namun, rencana IPO ini masih dihadapkan pada tantangan eksternal, termasuk volatilitas pasar akibat ketidakpastian ekonomi serta kebijakan tarif perdagangan yang diperkirakan akan diterapkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump.
Dengan langkah strategis ini, Klarna berharap dapat semakin memperluas jangkauannya di pasar keuangan global serta menarik lebih banyak pengguna yang mencari alternatif pembayaran fleksibel tanpa kartu kredit.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : theguardian