Dua perusahaan taksi swasta, Delta Taxis dari Liverpool dan Veezu dari Cardiff, sedang menggalang dana untuk melanjutkan gugatan mereka terhadap Uber. Mereka menargetkan £500.000 setelah biaya hukum melebihi £1 juta sejak 2022. Pertarungan ini akan mencapai puncaknya di Mahkamah Agung pada Juli mendatang.
Uber berupaya menerapkan pajak pertambahan nilai (VAT) sebesar 20% pada layanan taksi swasta di luar London. Jika berhasil, tarif perjalanan bisa naik drastis.
Saat ini, perusahaan taksi swasta mengklasifikasikan pengemudi sebagai kontraktor independen. Dengan status ini, mereka tidak perlu membayar VAT. Namun, Uber menantang model ini melalui gugatan terhadap Sefton Council di Merseyside, tempat Delta berbasis.
Dampak Besar bagi Penumpang dan Pengusaha Kecil
Penerapan VAT dikhawatirkan memberatkan penumpang, terutama lansia dan penyandang disabilitas. Mereka sangat bergantung pada taksi di wilayah dengan akses transportasi umum terbatas. Data dari Veezu menunjukkan bahwa 43% perjalanan taksi digunakan untuk keperluan medis, pekerjaan, atau pendidikan.
Aturan ini juga bisa mengguncang industri taksi secara luas. Banyak perusahaan kecil berisiko bangkrut. Sekitar 25.000 pengemudi lepas bisa kehilangan pekerjaan, mengurangi layanan transportasi bagi masyarakat.
Paul McLaughlin dari Delta Taxis menyebut kasus ini sebagai pertempuran “David vs Goliath.” Menurutnya, jika Uber menang, tarif taksi akan naik setidaknya 20%. Ini akan berdampak besar pada industri taksi tradisional yang telah lama beroperasi di Inggris.
Nia Cooper, kepala hukum Veezu, menegaskan bahwa ini bukan hanya soal bisnis. Perubahan ini bisa mengancam transportasi jutaan penumpang yang mengandalkan taksi setiap hari.
Sementara itu, Uber berpendapat bahwa aturan harus diterapkan secara konsisten di seluruh Inggris. Mereka ingin semua operator mengikuti model bisnis yang sama.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : theguardian