Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Senin (17/3), setelah sempat mengalami tekanan dalam beberapa pekan terakhir. Mengutip laporan Reuters pada Selasa (18/3), indeks Dow Jones (.DJI) naik 353,44 poin atau 0,85 persen ke 41.841,63. S&P 500 (.SPX) naik 36,18 poin atau 0,64 persen ke 5.675,12, sementara Nasdaq Composite (.IXIC) menguat 54,58 poin atau 0,31 persen ke 17.808,66.
Investor Kembali Masuk ke Pasar Setelah Tren Melemah
Minat investor mulai kembali meningkat setelah Nasdaq dan S&P 500 mengalami penurunan selama empat minggu berturut-turut. Data ekonomi terbaru juga menjadi perhatian para pelaku pasar untuk memahami dampak kebijakan pemerintahan Trump terhadap kondisi pasar keuangan.
Penjualan ritel pada Februari sedikit pulih, tetapi masih di bawah ekspektasi pasar. Hal ini mencerminkan ketidakpastian akibat tarif perdagangan serta pemutusan hubungan kerja di berbagai instansi pemerintah federal. Di sisi lain, aktivitas manufaktur di Negara Bagian New York mencatat penurunan terbesar dalam hampir dua tahun terakhir pada Maret, menambah kekhawatiran investor.
Para pelaku pasar menantikan pertemuan Federal Reserve (The Fed) pada Rabu mendatang. Berdasarkan alat pemantau FedWatch dari CME, pasar memperkirakan suku bunga akan tetap dipertahankan.
The Fed juga akan mengumumkan proyeksi ekonomi terbaru, yang dapat memberikan gambaran dampak kebijakan pemerintahan Trump terhadap ekonomi AS. Federal Reserve Bank of Atlanta telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama menjadi kontraksi 2,1 persen, turun dari estimasi sebelumnya yang hanya turun 1,6 persen.
Sentimen Sektor Properti dan Konstruksi Melemah
Sektor properti di AS juga mengalami tekanan. Indeks kepercayaan pelaku usaha turun ke level terendah dalam tujuh bulan terakhir akibat kenaikan tarif impor bahan bangunan yang meningkatkan biaya konstruksi dan menekan profitabilitas perusahaan di sektor ini.
Brian Jacobsen, Kepala Ekonom Annex Wealth Management, menyebutkan bahwa satu-satunya indikasi peningkatan belanja konsumen berasal dari belanja online. Menurutnya, hal ini terjadi akibat pelemahan konsumsi pada Januari serta langkah konsumen menimbun barang sebelum tarif perdagangan diterapkan.
Namun, Jacobsen mengingatkan bahwa sentimen pasar tidak selalu mencerminkan peningkatan konsumsi yang nyata. “Kini, semangat belanja yang sempat meningkat mulai memudar,” ujarnya.
Performa Sektor Saham: Real Estate dan Energi Naik, Tesla Anjlok
Di antara 11 sektor utama dalam indeks S&P 500, sektor real estate dan energi mencatatkan kenaikan tertinggi. Sektor konsumer diskresioner menjadi satu-satunya yang mengalami pelemahan.
Saham Tesla anjlok 4,79 persen setelah perusahaan sekuritas Mizuho memangkas target harga sahamnya dari USD 515 (Rp 8,45 juta) menjadi USD 430 (Rp 7,05 juta). Sepanjang tahun ini, saham Tesla telah turun 41 persen.
Sebaliknya, saham perusahaan komputasi kuantum seperti D-Wave Quantum (QBTS.N) dan Quantum Corp (QMCO.O) melonjak masing-masing sebesar 10,15 persen dan 40,09 persen. Hal ini sejalan dengan dimulainya konferensi tahunan Nvidia (NVDA.O), produsen chip AI terkemuka di dunia.
Saham Intel (INTC) naik 6,82 persen setelah muncul kabar bahwa CEO baru, Lip-Bu Tan, berencana melakukan perubahan besar dalam strategi produksi chip dan pengembangan AI perusahaan.
Volume Perdagangan Sedikit di Bawah Rata-rata
Volume transaksi di bursa AS mencapai 13,86 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata perdagangan 20 hari terakhir yang berada di angka 16,53 miliar saham.
Dengan rebound yang terjadi di pasar saham ini, indeks blue-chip Dow Jones masih sekitar 3 persen dari level koreksi setelah penguatan selama dua hari terakhir. Sementara itu, Nasdaq telah lebih dulu memasuki wilayah koreksi sejak 6 Maret lalu.
Secara keseluruhan, meskipun indeks utama Wall Street mengalami penguatan, ketidakpastian pasar masih cukup tinggi dengan berbagai faktor ekonomi yang perlu terus dicermati oleh investor.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : kumparan.com