Seiring dengan kebijakan industri energi, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) juga mengumumkan jadwal pemangkasan produksi bagi tujuh negara anggota, termasuk Rusia, Kazakhstan, dan Irak. Langkah ini bertujuan untuk mengompensasi produksi minyak yang sebelumnya melebihi kesepakatan.
Pemangkasan ini akan berkisar antara 189.000 hingga 435.000 barel per hari (BOPD) dan dijadwalkan berlangsung hingga Juni 2026. Keputusan ini diharapkan dapat menjaga keseimbangan pasar minyak global.
Minyak Mentah Menguat Akibat Sanksi AS dan Ketegangan Timur Tengah
Pasar minyak mentah mengalami lonjakan harga pada penutupan perdagangan Kamis (20/3), didorong oleh sanksi baru yang diterapkan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Faktor-faktor ini berhasil mengimbangi penguatan dolar yang biasanya membatasi kenaikan harga minyak.
Berdasarkan laporan Reuters pada Jumat (21/3), harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan sebesar USD 1,22 dan kini diperdagangkan pada USD 72 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga naik sebesar USD 1,10 menjadi USD 68,26 per barel.
Sanksi yang diberlakukan AS kali ini menyasar berbagai entitas, termasuk kilang minyak independen ‘Teapot’ di China serta kapal-kapal yang mengirimkan minyak mentah ke fasilitas tersebut. Sebagai catatan, China adalah pembeli terbesar minyak Iran, dengan kilang swasta seperti Teapot berperan sebagai konsumen utama minyak mentah Iran.
Phil Flynn, analis senior dari Price Futures Group, menyatakan bahwa pasar tengah mencari katalis yang dapat mendorong harga lebih tinggi, dan kebijakan sanksi ini menjadi pemicu utama kenaikan harga minyak.
Pergerakan Harga Logam: Nikel Menguat, Timah Melemah
Di sektor logam, harga nikel mengalami kenaikan berdasarkan data dari London Metal Exchange (LME). Harga nikel naik 0,92 persen menjadi USD 16.399 per ton, didorong oleh optimisme terhadap permintaan industri baterai dan kendaraan listrik.
Sebaliknya, harga timah mengalami pelemahan. Berdasarkan data LME, harga timah turun 0,69 persen menjadi USD 34.996 per ton. Penurunan ini dipengaruhi oleh fluktuasi permintaan dan dinamika pasokan global.
CPO Naik Tipis, Batu Bara Terus Tertekan
Sementara itu, harga minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) juga mengalami kenaikan meski dalam jumlah yang relatif kecil. Berdasarkan data dari situs Barchart, harga CPO untuk kontrak April 2025 meningkat 0,24 persen menjadi MYR 4.680 per ton.
Sebaliknya, harga batu bara justru mengalami penurunan. Kontrak batu bara untuk April 2025 turun 1,27 persen menjadi USD 101,10 per ton. Pelemahan ini terjadi di tengah ketidakpastian permintaan global dan kebijakan lingkungan yang semakin ketat.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : kumparan.com