Dulu, The Body Shop adalah ikon kecantikan etis yang dicintai banyak orang. Namun, di awal 2024, kejayaan itu mulai pudar saat merek ini jatuh ke dalam administrasi. Kini, di bawah kepemilikan baru, apakah merek ini bisa kembali bangkit?
Strategi Baru di Bawah Kepemimpinan Charles Denton
The Body Shop dipimpin oleh Charles Denton, mantan CEO Molton Brown. Ia mengungkapkan bahwa bisnis ini berhasil mencetak keuntungan dalam 100 hari pertama setelah proses penyelamatan.
Meskipun jumlah toko berkurang drastis, The Body Shop masih beroperasi di 83 pasar internasional dengan lebih dari 1.300 gerai, sebagian besar melalui sistem waralaba. Di Eropa, merek ini memiliki sekitar 700 toko, sementara di Kanada ada 60 gerai dan di Australia hampir 100 gerai. Perusahaan ini juga tetap hadir di beberapa pasar utama Asia seperti India, Malaysia, Indonesia, dan Korea Selatan.
Dampak Global: Penutupan di Beberapa Negara
Tak hanya di Inggris, beberapa toko di luar negeri juga mengalami penutupan. Amerika Serikat, Kanada, dan Jerman termasuk negara yang terdampak akibat runtuhnya grup induk perusahaan ini. Kebangkrutan ini juga berdampak pada banyak kreditor, termasuk organisasi amal seperti Children on the Edge di Bangladesh dan Uganda, E-Cycle di Wales, serta MindOut di Brighton.
Pemasok utama lainnya yang terdampak adalah Avon, perusahaan kosmetik yang sebelumnya dimiliki oleh Natura. The Body Shop memiliki utang sebesar £13 juta kepada Avon atas produk yang telah dipasok.
Dari Krisis ke Penyelamatan: Akuisisi oleh Mike Jatania
The Body Shop, yang didirikan oleh Anita Roddick pada 1976, kini masih mengoperasikan sekitar 113 toko di Inggris. Merek ini berhasil diselamatkan oleh konsorsium yang dipimpin oleh pengusaha kosmetik Inggris, Mike Jatania, pada September tahun lalu. Akuisisi ini menyelamatkan sekitar 1.300 pekerjaan.
Namun, lebih dari 80 gerai The Body Shop di Inggris terpaksa ditutup. Keputusan ini menyebabkan lebih dari 750 orang kehilangan pekerjaan, termasuk staf kantor pusat. Langkah ini diambil setelah Aurelius, perusahaan restrukturisasi asal Jerman, memasukkan bisnis The Body Shop Inggris ke dalam administrasi hanya tiga bulan setelah mengambil alih dari Natura, pemilik sebelumnya asal Brasil.
Para pemasok The Body Shop, termasuk badan amal kecil, pemerintah daerah, dan produsen kosmetik, hanya akan menerima sekitar seperempat dari total utang £219 juta. Laporan terbaru dari administrator mengungkapkan bahwa kreditor tidak akan menerima lebih dari 27% dari total yang seharusnya dibayarkan.
Proses Restrukturisasi dan Pemulihan
Administrator dari FRP mengungkapkan bahwa Aurea Group, yang dipimpin oleh Jatania, membayar setidaknya £44,3 juta untuk mengakuisisi bisnis ini. Dana dari proses administrasi digunakan untuk melunasi pajak yang masih terutang kepada pemerintah serta membayar hak karyawan, termasuk gaji dan tunjangan liburan.
Namun, pemasok, badan amal, dan pemilik properti tidak mendapatkan pembayaran penuh. Dari total utang £276 juta yang dimiliki The Body Shop saat jatuh ke dalam administrasi, £6,3 juta merupakan pajak, £44 juta utang kepada pemasok, £63 juta dalam bentuk kewajiban sewa dan pinjaman lainnya, serta £143 juta kepada “pemasok terkait” yang diyakini merupakan bagian dari jaringan bisnis The Body Shop sendiri.
Masa Depan The Body Shop: Bangkit dari Krisis
Perjalanan The Body Shop dalam beberapa tahun terakhir penuh tantangan. Pergantian kepemilikan dan restrukturisasi besar-besaran menjadi ujian berat. Namun, dengan strategi bisnis baru dan kepemimpinan yang lebih fokus pada profitabilitas, merek kecantikan etis ini berusaha kembali mengukuhkan posisinya di industri kecantikan global.
Bisakah The Body Shop kembali berjaya seperti dulu? Waktu yang akan menjawab.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : The Guardian