Industri perunggasan Tanah Air menunjukkan performa luar biasa sepanjang 2024. Dua emiten unggulan, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), berhasil mencetak pertumbuhan laba yang signifikan. Momentum Ramadan dan program makan bergizi gratis (MBG) dari pemerintah turut menjadi katalis positif bagi bisnis mereka.
Pilih CPIN atau JPFA? Cermati Valuasi dan Tren Saham
Dari sisi valuasi, saham CPIN saat ini tergolong murah dibandingkan rata-rata lima tahunnya, sedangkan JPFA sudah sedikit overvalue:
- CPIN: PBV saat ini 2,43x vs rata-rata 5 tahun 3,63x
- JPFA: PBV saat ini 1,5x vs rata-rata 5 tahun 1,48x
Namun, pergerakan harga saham kedua emiten ini menunjukkan tren yang berbeda. JPFA sedang dalam tren naik, sedangkan CPIN masih dalam tren turun.
Analisis Teknis:
- JPFA: Saat ini menguji level support di 1865. Jika terjadi pantulan, area ini menarik untuk buy trading dengan target resistance di 2170.
- CPIN: Masih menguji resistance trendline. Jika gagal menembus level 4500, ada potensi tren turun berlanjut. Namun, support kuat berada di level 4190, yang bisa menjadi titik pantulan untuk pergerakan sideways sebelum rebound.
Lompatan Kinerja CPIN di 2024
CPIN berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp3,71 triliun pada 2024, melonjak 60,14% dibandingkan tahun sebelumnya. Lonjakan ini didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 9,51% YoY menjadi Rp67,47 triliun.
Secara rinci, kontribusi terbesar pendapatan CPIN berasal dari:
- Ayam pedaging: Rp35,31 triliun
- Pakan ternak: Rp16,44 triliun
- Ayam olahan: Rp11,94 triliun
- Anak ayam usia sehari (DOC): Rp2,50 triliun
- Segmen lainnya: Rp1,26 triliun
Dari sisi biaya, beban pokok penjualan hanya meningkat 6,97% YoY menjadi Rp57,05 triliun. Ini membuat laba bruto CPIN naik signifikan dari Rp8,27 triliun menjadi Rp10,42 triliun. Selain itu, CPIN juga mendapat keuntungan dari kenaikan nilai wajar aset biologis sebesar Rp294,31 miliar, yang sebelumnya justru mengalami kerugian Rp65,09 miliar di tahun lalu. Tambahan lain berasal dari penghasilan operasional senilai Rp295,66 miliar.
Performa Cemerlang JPFA
Sementara itu, JPFA mencatat lonjakan laba yang lebih spektakuler, tumbuh 224,71% YoY menjadi Rp3,01 triliun. Pendapatan perusahaan meningkat 9,03% menjadi Rp55,80 triliun, dengan segmen bisnis utama sebagai berikut:
- Peternakan komersial: Rp23,03 triliun (+8,13% YoY)
- Pakan ternak: Rp14,67 triliun (+6,20% YoY)
- Pengolahan hasil peternakan: Rp8,89 triliun (+11,82% YoY)
- Budidaya perairan: Rp4,77 triliun (+4,25% YoY)
- Pembibitan unggas: Rp3,27 triliun (+35,84% YoY)
- Perdagangan dan lainnya: Rp2,09 triliun (+4,90% YoY)
Kenaikan laba JPFA didukung oleh pengendalian biaya yang ketat, dengan beban pokok penjualan hanya naik tipis 2,10% YoY menjadi Rp44,58 triliun. Alhasil, laba usaha JPFA meroket 129,41% YoY menjadi Rp5,06 triliun.
Kesimpulan
Dari perspektif trading jangka pendek, JPFA lebih menarik untuk buy on trend, karena masih berada dalam momentum kenaikan harga. Sementara itu, CPIN lebih cocok untuk akumulasi bertahap, dengan catatan investor siap menahan saham dalam jangka waktu lebih panjang menunggu pergerakan yang lebih stabil.
Dengan momentum positif dari Ramadan dan kebijakan pemerintah, prospek industri perunggasan masih menjanjikan di 2024. Baik JPFA maupun CPIN menawarkan peluang, tergantung strategi investasi yang dipilih oleh para investor.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : cnbcindonesia.com