Hasan tak pernah membayangkan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang ia rintis di Banjar, Jawa Barat, mampu menembus pasar internasional. Saat memulai bisnis busana muslim bernama Kawan Muslim pada tahun 2020, penjualannya bahkan terbilang sepi.
Menurut Raka, yang menjalankan usaha ini bersama istrinya, kendala utama saat itu adalah ketiadaan toko daring di marketplace. Banyak calon pelanggan bertanya apakah Kawan Muslim tersedia di platform seperti Shopee. Karena belum tersedia, tak sedikit yang akhirnya membatalkan niat membeli.
Ekspansi Digital Lewat Shopee: Titik Balik Kawan Muslim
Kesadaran akan pentingnya ekspansi digital membuat Raka memutuskan untuk mendaftarkan usahanya ke Shopee pada akhir 2020. Keputusan itu terbukti tepat. Setelah hadir di marketplace tersebut, penjualan Kawan Muslim meningkat signifikan. Kepercayaan konsumen pun tumbuh, karena produk lebih mudah diakses dan dipesan.
“Sejak ada di Shopee, traffic penjualan naik. Konsumen sekarang lebih sering tanya, ‘Ada di Shopee nggak?'” ujarnya.
Jika sebelumnya hanya mampu menjual 10 hingga 20 potong busana per bulan, kini angkanya melonjak menjadi 60–80 potong. Bahkan selama bulan Ramadan, penjualannya bisa mencapai ratusan potong per bulan.
Merambah Pasar Ekspor dan Memberdayakan Komunitas Lokal
Tak hanya pasar lokal, Kawan Muslim kini mulai merambah pasar luar negeri. Berkat Shopee, produknya berhasil diekspor ke Malaysia, meski masih dalam jumlah terbatas, yakni sekitar 10 potong per bulan. Meski baru tahap awal, langkah ini menjadi batu loncatan penting menuju pasar ekspor.
Digitalisasi tak hanya berdampak pada penjualan, tetapi juga pada pertumbuhan bisnis secara keseluruhan. Raka mengaku omzetnya meningkat sekitar 30 persen sejak bergabung di Shopee. Kenaikan ini memungkinkan Kawan Muslim menambah tenaga kerja. Dari awalnya hanya dikelola berdua dengan istrinya, kini mereka telah mempekerjakan delapan orang, terdiri dari lima penjahit serta tiga staf yang menangani pengemasan dan administrasi marketplace.
“Sekarang kan ramai, jadi saya rekrut tetangga-tetangga yang butuh pekerjaan,” tambahnya.
Ladang Lima: Menaikkan Nilai Singkong Lokal Melalui Inovasi Produk
Kisah serupa datang dari Raka lainnya, pemilik UMKM Ladang Lima yang berdiri sejak 2013. Berangkat dari keprihatinannya terhadap rendahnya nilai tambah singkong di Indonesia, ia mencoba mengembangkan produk berbasis tepung mocaf, yang dibuat dari singkong lokal Pasuruan, Jawa Timur.
Selama ini, singkong di Indonesia umumnya hanya diolah menjadi keripik atau tepung tapioka. Raka melihat celah untuk menciptakan produk yang lebih bernilai dengan memberdayakan bahan pangan lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan impor.
Bangkit dari Ancaman Bangkrut Hingga Ekspansi Produk
Pada awalnya, Ladang Lima hanya menjual tepung mocaf ke toko-toko sekitar. Namun, bisnisnya sempat hampir tumbang pada 2014 karena rendahnya permintaan dan minimnya pemahaman masyarakat terhadap produk tersebut. “Sempat mau bangkrut karena sulit edukasi pasar,” katanya.
Tak putus asa, Raka mengolah sisa tepung menjadi produk turunan seperti kue kering, pasta, dan mie instan bebas gluten. Inovasi tersebut berhasil menarik minat konsumen.
Digitalisasi dan Ekspansi Global Ladang Lima
Langkah strategis lain yang diambil adalah beralih ke pemasaran digital. Ia mendaftarkan Ladang Lima di Shopee pada tahun 2020. Sejak itu, pemasaran produk menjadi lebih luas dan mudah dijangkau konsumen.
“Marketplace sangat membantu distribusi. Konsumen jadi lebih nyaman untuk order,” jelasnya.
Kini, Ladang Lima berkembang pesat. Mereka telah bermitra dengan lebih dari belasan petani singkong di Pasuruan yang mengelola sekitar 30 hektare lahan. Pabrik produksi pun dibangun di kaki Gunung Bromo agar dekat dengan sumber bahan baku.
Tak hanya menguasai pasar domestik, Ladang Lima juga berhasil menembus pasar global dengan mengekspor produknya ke China, Australia, dan Korea Selatan.
Penutup: Digitalisasi, Kunci Sukses UMKM Naik Kelas
Kisah sukses Kawan Muslim dan Ladang Lima menunjukkan bahwa digitalisasi bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan esensial bagi pelaku UMKM untuk bertahan dan berkembang. Dengan memanfaatkan marketplace, mereka tak hanya memperluas jangkauan pasar, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai produk lokal ke kancah internasional.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : cnnindonesia.com