Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) makin hari makin menunjukkan taringnya. Dari membantu kita membuat konten sampai mendesain strategi pemasaran, kini AI juga mulai berperan penting di dunia medis. Salah satu buktinya datang dari Eropa—dan kisahnya cukup menarik untuk kita simak.
Baru-baru ini, European Medicines Agency (EMA), melalui Committee for Medicinal Products for Human Use (CHMP), menyetujui penggunaan alat AI bernama AIM-NASH dalam uji klinis. Alat ini dirancang khusus untuk membantu menilai tingkat keparahan penyakit hati yang dikenal dengan nama MASH (metabolic dysfunction-associated steatohepatitis).
Buat kamu yang belum familiar, MASH adalah kondisi hati berlemak yang berkaitan dengan gangguan metabolisme. Penyakit ini cukup sulit dideteksi dan diobati, serta diperkirakan memengaruhi sekitar 1,5% hingga 6,5% populasi orang dewasa di Amerika Serikat. Dan bisa jadi, angkanya terus bertambah.
AIM-NASH: Bukan AI Biasa
AIM-NASH bukan AI generatif seperti ChatGPT, melainkan alat diagnosis berbasis machine learning yang dilatih dengan data medis berskala besar. Lebih dari 100.000 anotasi dari 59 ahli patologi digunakan untuk melatih model ini, berdasarkan analisis lebih dari 5.000 biopsi hati dari sembilan uji klinis besar. Jadi, bisa dibilang AI ini punya ‘jam terbang’ yang tinggi.
Apa yang membuat AIM-NASH menonjol? Alat ini terbukti mampu memberikan penilaian yang lebih konsisten dan minim bias dibandingkan metode konvensional, yang biasanya melibatkan tiga ahli patologi untuk mencapai kesepakatan. Dengan kata lain, AIM-NASH bisa membantu membuat proses uji klinis lebih cepat, lebih akurat, dan lebih efisien.
Langkah Penting Menuju Masa Depan Pengobatan
CHMP menyimpulkan bahwa bukti ilmiah dari alat ini cukup kuat. Maka, data yang dihasilkan AIM-NASH kini bisa diakui sebagai valid secara ilmiah dalam uji klinis. Ini kabar besar, karena membuka peluang bagi peneliti dan perusahaan farmasi untuk mengevaluasi pengobatan baru dengan bantuan teknologi canggih.
Saat ini, satu-satunya obat yang telah disetujui di AS untuk mengobati MASH adalah Rezdiffra dari Madrigal Pharmaceuticals. Tapi perusahaan besar seperti Novo Nordisk dan Eli Lilly juga sedang giat mengembangkan pengobatan mereka, terutama berbasis terapi GLP-1 yang populer di kalangan penderita diabetes dan obesitas.
Apa Maknanya Buat Kita?
Meski kamu bukan dokter atau ilmuwan, kabar ini penting buat disimak. Kenapa? Karena ini contoh nyata bagaimana teknologi—khususnya AI—bisa membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan. Bagi pelaku bisnis, marketer, atau konten kreator, ini bisa jadi inspirasi tentang bagaimana AI dapat diterapkan secara konkret di industri lain.
AI bukan sekadar alat bantu membuat caption atau desain konten. Ketika digunakan dengan data yang tepat dan tujuan yang jelas, AI bisa menyelamatkan nyawa. Dan itu membuka banyak peluang—baik dalam hal inovasi, kolaborasi lintas industri, maupun membangun bisnis yang berdampak lebih luas.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : www.reuters.com