Harga Minyak Anjlok Tajam, Ketegangan Global dan Produksi OPEC Jadi Pemicu

harga minyak anjlok
Sumber : Freepik

Harga minyak anjlok tajam pada Kamis (3/4/2025), menandai penurunan harian terbesar dalam tiga tahun terakhir. Kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) dan Brent sama-sama merosot lebih dari 6% karena kombinasi dua faktor: kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat dan rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

Pada Jumat pagi (4/4/2025) pukul 07.00 WIB, harga WTI turun tipis 0,25% menjadi US$66,78 per barel. Sementara itu, Brent justru naik 0,27% ke US$70,05 per barel. Namun sehari sebelumnya, WTI anjlok 6,64% dan Brent terperosok 6,42%.

Ini menjadi penurunan terburuk sejak Agustus 2022 untuk Brent dan sejak Juli 2022 untuk WTI.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif baru minimum 10% untuk sebagian besar barang impor, meski minyak, gas, dan produk olahan dikecualikan. Namun kebijakan ini tetap memicu kekhawatiran pasar global, terutama karena Amerika adalah konsumen minyak terbesar di dunia.

Di sisi lain, OPEC+ memutuskan untuk mempercepat peningkatan produksi. Aliansi negara produsen minyak ini akan menambahkan 411.000 barel per hari ke pasar pada bulan Mei. Angka ini jauh di atas rencana sebelumnya yang hanya 135.000 barel per hari.

Volatilitas Masih Akan Terjadi

Menurut Angie Gildea, kepala sektor energi KPMG AS, permintaan minyak sangat bergantung pada kondisi ekonomi global. “Pasar masih mencermati dampak tarif, tapi kombinasi prospek ekonomi yang lemah dan produksi yang naik memberi tekanan besar pada harga,” jelasnya.

Analis UBS turut memangkas proyeksi harga minyak untuk 2025–2026 sebesar US$3 menjadi rata-rata US$72 per barel. Mereka memperkirakan harga akan terus berfluktuasi karena negara-negara bisa saja menegosiasikan tarif baru atau menerapkan balasan.

Analis Tamas Varga dari PVM Oil Associates menilai risiko resesi dan stagflasi kini meningkat. “Tarif akhirnya akan dibayar oleh konsumen dan pelaku usaha. Biaya produksi naik, dan pertumbuhan ekonomi bisa terhambat,” ujarnya.

Tekanan makin besar setelah data dari Badan Informasi Energi AS menunjukkan stok minyak mentah naik 6,2 juta barel dalam sepekan. Ini berlawanan dengan prediksi analis yang memperkirakan penurunan sebesar 2,1 juta barel.

Dengan tekanan geopolitik dan ketidakpastian pasar, harga minyak dunia kini memasuki fase yang rentan. Pelaku pasar diminta bersiap menghadapi gejolak yang mungkin terjadi dalam waktu dekat.

Baca artikel seru lainnya di sini!


Sumber : cnbcindonesia.com

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *