Harga minyak mengalami fluktuasi tajam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif balasan kepada sejumlah mitra dagang utama. Langkah tersebut menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global, yang pada akhirnya menekan permintaan minyak mentah.
Pada perdagangan Rabu, minyak Brent naik tipis 46 sen atau 0,6 persen menjadi USD 74,95 per barel. Sementara itu, minyak WTI menguat 51 sen atau 0,7 persen ke level USD 71,71. Namun, sentimen pasar berubah drastis usai konferensi pers Trump yang digelar pada sore hari.
Trump mengumumkan tarif terhadap Uni Eropa, China, dan Korea Selatan. Harga minyak WTI sempat melonjak satu dolar sebelum akhirnya berbalik turun ke zona negatif. Penurunan berlanjut ke hari Kamis, saat Brent melemah hampir 2 dolar menjadi USD 72,98 dan WTI turun ke USD 69,73 per barel.
Ketidakpastian Pasokan dan Tambahan Ketegangan Global
Selain kebijakan tarif, pasar juga diguncang oleh perkembangan dari Rusia dan Iran. Rusia membatasi ekspor dari pelabuhan Novorossiisk serta jalur pipa Kaspia, memperketat pasokan global. Di saat bersamaan, Trump memperketat sanksi terhadap Iran dan mengancam tarif sekunder untuk minyak Rusia.
Langkah-langkah ini memperburuk ketidakpastian, terlebih ketika data menunjukkan stok minyak mentah AS meningkat 6,2 juta barel dalam sepekan. Meski demikian, pasar menanggapi data ini secara netral karena lonjakan tersebut diyakini berasal dari impor Kanada menjelang ancaman tarif baru.
Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum juga turut meredakan ketegangan dengan menyatakan bahwa Meksiko tidak akan membalas dengan tarif terhadap AS, memberi sedikit kelegaan bagi pelaku pasar.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : liputan6.com