PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) bersiap memperluas proyek geothermal 2025. Perseroan menyiapkan capex senilai US$319 juta untuk pengembangan strategis di dalam negeri.
Menurut Direktur Keuangan PGEO, Yurizki Rio, sekitar US$289 juta akan dialokasikan untuk ekspansi organik. Sisanya sebesar US$30 juta ditujukan untuk pengembangan anorganik. Pernyataan ini disampaikan saat paparan kinerja tahunan 2024 di Jakarta, Rabu (26/3/2025).
PGEO menargetkan produksi listrik hingga 4.930 GWh pada 2025. Yurizki menegaskan, perusahaan ingin menjaga margin keuntungan tetap stabil seperti tahun 2023.
Sebagai bagian dari strategi, PGEO dan PT PLN Indonesia Power menyepakati pembentukan joint venture untuk proyek co-generation. PGEO akan memegang kepemilikan mayoritas sebesar 51% hingga 70%, dengan kendali penuh atas konsolidasi aset.
Proyek ini memiliki potensi kapasitas 230 megawatt (MW). Namun, pada tahap awal, hanya 45 MW yang akan dioperasikan. Kapasitas awal berasal dari PLTP Lahendong Binary Unit (15 MW) dan PLTP Ulubelu Binary Unit (30 MW). Total investasi awal diperkirakan mencapai US$165 juta.
PGEO kini memasuki tahap negosiasi lanjutan dengan PLN. Fokus pembahasan mencakup perjanjian pemegang saham dan skema pembiayaan Independent Power Producer (IPP).
Terkait tarif, PGEO akan mengikuti ketentuan dalam Perpres No.112/2022 tentang pengembangan energi terbarukan. Yurizki optimistis proyek ini akan mendongkrak pendapatan setelah beroperasi secara komersial pada Desember 2026.
“Rata-rata harga jual listrik kami sekitar 8 sen per kWh. Jika diterapkan untuk 45 MW, ada potensi margin yang menarik,” ujarnya.
Final Investment Decision (FID) ditargetkan rampung pada Juli 2025. Pembentukan perusahaan patungan direncanakan Agustus, dan konstruksi proyek dimulai Oktober 2025.
Tren Energi Panas Bumi Global
Sementara PGEO ekspansi di dalam negeri, laporan IRENA menunjukkan peningkatan signifikan kapasitas energi terbarukan global. Hingga akhir 2024, total kapasitas mencapai 4.448 gigawatt (GW), naik 585 GW atau 15,1% dari tahun sebelumnya.
Energi surya menjadi kontributor utama dengan tambahan 451,9 GW. China menyumbang 278 GW, menjadikannya motor utama pertumbuhan global.
Sebaliknya, energi panas bumi mengalami peningkatan paling kecil. Tambahan kapasitas global hanya 380 MW, sehingga totalnya menjadi 15.427 MW.
Selandia Baru menempati posisi teratas dengan tambahan 225 MW. Indonesia menyusul dengan penambahan 90 MW, meningkatkan total kapasitas nasional menjadi 2.688 MW. Indonesia kini menjadi negara dengan kapasitas geothermal terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.
Filipina, di peringkat ketiga, tidak menambah kapasitas sepanjang 2024. Angka kapasitas mereka tetap di 1.952 MW.
IRENA juga mencatat pertumbuhan energi terbarukan masih terpusat di Asia. China berkontribusi 64% terhadap ekspansi global. Negara G20 menyumbang 90,3%, sedangkan G7 hanya 14,3%. Wilayah Amerika Tengah dan Karibia mencatat kontribusi terendah, hanya 3,2%.
Baca artikel seru lainnya di sini!
Sumber : bisnis.com