Matcha, minuman teh hijau khas Jepang yang semakin digemari, kini tengah menghadapi masalah kelangkaan pasokan. Populer di berbagai belahan dunia, matcha yang berasal dari Uji, Kyoto, dikenal memiliki kualitas terbaik. Bahkan, bagi banyak penggemar, matcha dari Uji menjadi penanda cita rasa premium yang sulit ditandingi.
Kelangkaan pasokan matcha telah berlangsung sejak musim gugur tahun lalu, dan ini berpotensi memengaruhi harga minuman yang populer ini. Di Jepang, meskipun minat terhadap matcha menurun, permintaan global dari Eropa, AS, dan Australia justru semakin melonjak. Akibatnya, produsen teh di Kyoto harus menerapkan batasan pembelian untuk menjaga stok yang tersedia.
Peningkatan permintaan matcha tidak hanya terjadi di Asia, tetapi juga merambah ke pasar global, seperti Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini berimbas pada proyeksi lonjakan pasar matcha yang diperkirakan mencapai sekitar USD 5 miliar pada 2028, meningkat tajam dari USD 2,8 miliar pada 2023.
Menyikapi tren ini, pemerintah Jepang berencana memberikan subsidi kepada petani teh agar beralih dari produksi sencha (teh daun tradisional) ke tencha, jenis daun yang digunakan untuk membuat matcha. Langkah ini diharapkan bisa memenuhi permintaan yang terus meningkat serta memperkuat posisi Jepang sebagai penghasil utama matcha berkualitas.
Meskipun industri matcha di Jepang mengalami peningkatan pasca-pandemi, tantangan kelangkaan pasokan ini menjadi perhatian serius. Ketersediaan yang terbatas bisa memengaruhi harga dan keberlanjutan produksi, sementara permintaan global terus meningkat, menciptakan ketidakpastian di pasar.
Baca Artikel Lainnya di sini: roledu.com
Sumber : cnbcindonesia.com
