Neraca Perdagangan Maret 2025 Surplus Lagi, Komoditas Non-Migas Jadi Penopang Utama

Neraca Dagang
Sumber : Freepik

Indonesia kembali mencatatkan surplus dalam neraca perdagangan pada Maret 2025 sebesar USD 4,33 miliar. Capaian ini meningkat USD 1,23 miliar dibandingkan bulan sebelumnya, memperpanjang rekor surplus menjadi 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus kali ini ditopang terutama oleh sektor non-migas yang mencatat kelebihan ekspor sebesar USD 6 miliar. Komoditas utama yang mendorong surplus tersebut meliputi lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).

Sementara itu, neraca perdagangan migas justru mengalami defisit sebesar USD 1,67 miliar, terutama disumbang oleh hasil minyak dan minyak mentah.

Beberapa negara mitra dagang utama mencatatkan surplus perdagangan dengan Indonesia, antara lain Amerika Serikat sebesar USD 1,98 miliar, India USD 1,04 miliar, dan Filipina USD 0,71 miliar. Kontribusi surplus terbesar datang dari komoditas mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, bahan bakar mineral, kendaraan, serta lemak dan minyak hewan nabati.

Di sisi lain, Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dengan Tiongkok (USD 1,11 miliar), Australia (USD 0,35 miliar), dan Thailand (USD 0,195 miliar). Defisit dari Tiongkok banyak dipicu oleh impor mesin dan peralatan mekanis (HS 84), elektrik (HS 85), dan kendaraan (HS 87). Dari Australia, kontribusi defisit terbesar berasal dari komoditas gandum (HS 10), logam mulia (HS 71), dan bahan bakar mineral. Sementara Thailand menyumbang defisit melalui komoditas gula (HS 17), plastik (HS 39), dan mesin mekanis.

Ekspor, Impor, dan Sektor Penyumbang

Di sisi impor, nilai total pada Maret 2025 tercatat sebesar USD 18,92 miliar, naik tipis 0,38% dibanding Februari 2025. Peningkatan ini terutama disebabkan naiknya impor migas sebesar 9,07% menjadi USD 3,13 miliar. Sebaliknya, impor non-migas justru turun 1,18% menjadi USD 15,79 miliar.

Secara tahunan, nilai impor naik 5,34% dengan peningkatan terbesar berasal dari sektor non-migas. Kenaikan ini menunjukkan kontribusi sebesar 6,45% terhadap total impor. Sebaliknya, impor migas menurun 5,98% secara tahunan.

Dilihat dari jenis penggunaan, terjadi peningkatan impor barang konsumsi dan barang modal. Barang konsumsi naik 18,73% secara bulanan, khususnya untuk komoditas seperti bawang putih dan apel segar. Sementara impor barang modal meningkat 7,28%. Namun, impor bahan baku penolong yang mendominasi total impor justru turun 3,26%.

Pada sisi ekspor, total nilai ekspor Indonesia pada Maret 2025 mencapai USD 23,25 miliar, tumbuh 5,95% dibanding bulan sebelumnya. Ekspor migas melonjak 28,81% menjadi USD 1,45 miliar, sementara ekspor non-migas naik 4,71% menjadi USD 21,80 miliar.

Peningkatan ekspor non-migas dipimpin oleh bijih logam dan abu (HS 26), besi dan baja (HS 72), serta mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85). Di sisi migas, ekspor hasil minyak mendorong kenaikan dengan kontribusi 1,18%.

Secara tahunan, ekspor meningkat 3,16% dengan kontribusi utama dari komoditas lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), nikel (HS 75), dan perangkat elektronik (HS 85).

Menurut sektornya, ekspor non-migas didominasi sektor industri pengolahan sebesar USD 18,16 miliar, disusul sektor pertambangan USD 3,07 miliar, serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar USD 0,57 miliar. Secara bulanan, semua sektor mencatat pertumbuhan, terutama industri pengolahan yang naik 2,98%.


Baca artikel lainnya seputar ekonomi dan bisnis terkini hanya di sini: roledu.com

Sumber : Liputan6.com

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *