Asuransi marine cargo atau pengangkutan barang tengah menghadapi tantangan berat di tengah melemahnya perekonomian Indonesia. Menurut Kapler Marpaung, dosen Program Magister Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), permintaan terhadap produk asuransi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat belanja pemerintah, perusahaan, hingga rumah tangga.
“Ketika ekonomi berjalan baik, daya beli meningkat, distribusi barang pun naik, sehingga kebutuhan akan asuransi pengangkutan juga tumbuh,” ujar Kapler. Namun, saat ini justru terjadi sebaliknya—daya beli masyarakat menurun, pendapatan berkurang, dan efisiensi anggaran diberlakukan di berbagai sektor. Hal inilah yang menurutnya menjadi hambatan utama bagi pertumbuhan lini usaha ini.
Dampak Skema Ekspor dan Ketegangan Perdagangan Global
Dari sisi internasional, situasi pun tak kalah menantang. Perang dagang antara Amerika Serikat dan negara-negara mitranya menambah tekanan. Kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan AS terhadap produk impor turut berdampak pada sektor ekspor Indonesia, termasuk dari sisi perlindungan asuransi.
Kapler menjelaskan, skema pengiriman ekspor juga berpengaruh terhadap pembukuan premi dalam negeri. Jika pengiriman dilakukan dengan skema Free on Board (FOB), maka asuransi biasanya ditanggung oleh pembeli di negara tujuan, sehingga tidak tercatat sebagai premi di Indonesia. Sementara itu, jika menggunakan skema Cost Insurance Freight (CIF), barulah asuransi dicatat di Indonesia. Sayangnya, sebagian besar ekspor Indonesia ke AS masih menggunakan model FOB.
“Meskipun ekspor Indonesia ke Amerika masih menggunakan FOB, tarif Trump tetap berdampak buruk terhadap sektor asuransi pengangkutan. Efeknya juga bisa menjalar ke negara lain yang menjadi mitra dagang utama Indonesia,” jelasnya.
Sepanjang 2024, total premi yang dihimpun dari lini usaha marine cargo mencapai Rp5,30 triliun—meningkat 4,2% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,08 triliun. Meski hanya menyumbang 5% dari total premi asuransi umum senilai Rp112,86 triliun, Kapler menilai kinerja sektor ini masih menunjukkan tren yang cukup stabil dalam tiga tahun terakhir.
Namun, ia memperkirakan bahwa pada 2025, laju pertumbuhan lini asuransi marine cargo akan melambat. Meskipun demikian, ia menilai bahwa persaingan di pasar masih cukup sehat dan belum memerlukan intervensi dari regulator.
Baca Artikel Lainnya di Roledu:
Ingin tahu lebih banyak tentang strategi energi hijau dan industri digital? Jelajahi artikel lainnya di sini: roledu.com
Sumber : Bisnis.com