LG Energy Solution (LG) dipastikan batal menanamkan modal dalam proyek baterai nikel terintegrasi di Indonesia. Informasi ini dikonfirmasi oleh Dilo Seno Widagdo, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID.
“Kerja sama dengan LG batal. Tapi kita masih jalan sama CATL,” ujar Dilo di Jakarta, Kamis (17/4/2025).
Ia tidak merinci alasan di balik keputusan LG. Namun, Dilo menyebut ada berbagai faktor yang membuat kesepakatan tidak tercapai.
Proyek ini dikenal sebagai Proyek Titan. Nilai investasinya mencapai US$9,8 miliar atau sekitar Rp142 triliun. Rencana tersebut mencakup sektor hulu hingga hilir, mulai dari tambang, smelter HPAL, pabrik prekursor, hingga pabrik sel baterai.
Konsorsium LG melibatkan perusahaan besar Korea Selatan seperti LG Energy Solution, LG Chem, LG International, dan Posco. Mereka juga menggandeng Huayou Holding, perusahaan asal China. Di sisi lain, konsorsium Indonesia Battery Corporation (IBC) terdiri dari anak usaha MIND ID, PLN, Pertamina, dan Antam.
Pada awal 2023, negosiasi proyek sempat tertunda. Penyebabnya adalah Inflation Reduction Act (IRA) di Amerika Serikat. Kebijakan ini menyulitkan produk baterai dengan investasi dari China, termasuk yang terlibat dalam proyek ini.
Dengan mundurnya LG, pemerintah kini mencari mitra baru. Amerika Serikat jadi target utama. Langkah ini sekaligus menjadi bagian dari negosiasi dagang atas tarif impor 32% yang diberlakukan pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap Indonesia.
“Proyek Titan nggak jadi. Nah, itu yang sekarang kita tawarkan ke AS, sebagai bagian dari advokasi regulasi,” kata Dilo.
Meski pembahasan studi kelayakan masih berlangsung, peluang kerja sama kini terbuka lebar untuk pihak lain. Pemerintah berharap langkah ini bisa membawa investor strategis baru dan meredakan tekanan dagang dari AS.
Baca Artikel Lainnya di Roledu:
Ingin tahu lebih banyak tentang strategi energi hijau dan industri digital? Jelajahi artikel lainnya di sini: roledu.com
Sumber : Bisnis.com