Minyak Mentah Menguat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi dan Kebijakan AS

harga minyak mentah
Sumber : Freepik

Harga minyak mentah dunia mencatat kenaikan pada perdagangan Selasa (22/4), didorong oleh aksi short-covering setelah penurunan tajam sehari sebelumnya. Investor mulai melakukan pembelian kembali, yang mendorong harga kembali naik meski tekanan ekonomi global masih terasa.

Berdasarkan laporan Reuters, harga minyak mentah Brent menguat 51 sen AS atau 0,8% menjadi US$66,77 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga naik 51 sen atau 0,8%, ke US$63,59 per barel. Sebelumnya, kedua harga acuan tersebut sempat turun lebih dari 2% pada Senin (21/4), akibat kabar kemajuan pembicaraan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran yang memicu harapan stabilnya pasokan global.

Ketidakpastian Ekonomi Masih Jadi Tekanan Pasar

Kepala Strategi Nissan Securities, Hiroyuki Kikukawa, menjelaskan bahwa kenaikan harga ini bersifat teknikal, sebagai reaksi atas aksi jual besar-besaran sehari sebelumnya. Namun, ia menegaskan bahwa ancaman resesi akibat perang tarif dan ketidakpastian arah kebijakan ekonomi AS masih menjadi kekhawatiran utama pasar energi. Kikukawa memperkirakan pergerakan harga WTI akan bertahan dalam kisaran US$55 hingga US$65 dalam waktu dekat.

Sementara itu, pernyataan Presiden AS Donald Trump juga memperparah ketidakpastian pasar. Trump kembali mengkritik Gubernur The Federal Reserve, Jerome Powell, dan menyebut bahwa ekonomi AS berisiko melambat jika suku bunga tidak segera diturunkan. Komentar ini memicu kekhawatiran soal independensi The Fed dan memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi.

Indeks saham utama AS mengalami penurunan tajam. Dolar AS pun melemah hingga menyentuh level terendah dalam tiga tahun terakhir. Hal ini turut menekan sentimen pasar dan meningkatkan kekhawatiran akan menurunnya permintaan global terhadap minyak mentah.

Proyeksi Harga dan Data Pasokan AS

Di sisi lain, Kementerian Ekonomi Rusia memangkas proyeksi harga rata-rata minyak Brent untuk tahun 2025. Revisi terbaru menunjukkan penurunan hampir 17% dibandingkan perkiraan pada bulan September lalu.

Sementara itu, data dari Amerika Serikat menunjukkan penurunan stok minyak mentah dan bensin selama sepekan terakhir. Namun, persediaan distilat—termasuk solar dan bahan bakar industri—justru mengalami kenaikan.


Baca artikel menarik lainnya seputar ekonomi dan digital marketing di sini: roledu.com

Sumber : cnnindonesia.com

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *