Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Donald Trump mulai berdampak nyata terhadap ketersediaan makanan Asia di Amerika Serikat. Beberapa toko dan supermarket, termasuk Chang Jiang di Queens, New York, mengaku kesulitan menjaga pasokan karena lonjakan biaya impor.
Tarif awal sebesar 10 persen sudah cukup membuat harga naik. Kini, dengan tarif tambahan hingga 145 persen untuk produk dari China, kondisi semakin memburuk. Menurut Wu, manajer Chang Jiang, dalam waktu dua bulan, rak-rak supermarket bisa kosong dari produk-produk khas Asia.
Chang Jiang selama ini menjual berbagai bahan pangan seperti sayur segar dan camilan rumput laut. Hampir semuanya diimpor dari China. Wu menyebutkan bahwa produsen di China belum menaikkan harga karena masih menjual stok lama. Namun, untuk pengiriman berikutnya, mereka telah mengumumkan kenaikan harga hingga 50 persen.
Dampak Luas bagi Toko Kecil dan Konsumen
Tak hanya supermarket Chang Jiang, toko-toko lain seperti H Mart (makanan Korea), Patel Bros (makanan India), dan 99 Ranch juga mulai merasakan tekanan serupa. Wing Hop Fung di California, yang menjual teh dan rempah-rempah dari China, menyebut kebijakan tarif ini sebagai ancaman besar bagi bisnis kecil.
Krisis ini juga berimbas pada konsumen, terutama komunitas imigran yang mengandalkan toko-toko ini untuk memenuhi kebutuhan makanan khas negara asal. Phil Lempert dari Supermarket Guru mengatakan bahwa ketertarikan masyarakat AS terhadap makanan etnik terus tumbuh. Bahkan, menurut riset Fortune Business Insight, pasar makanan khas di AS diprediksi meningkat dari US$81,6 miliar pada 2023 menjadi US$153,2 miliar di tahun 2032.
Sayangnya, minat tinggi ini tidak sejalan dengan ketersediaan produk. Wu bahkan telah memasang peringatan di Chang Jiang agar pelanggan membeli produk favorit sebelum harganya melambung. “Belanjalah sekarang sebelum semua naik drastis,” ujarnya.
Baca artikel lainnya di sini:
Dapatkan wawasan terbaru seputar UMKM dan strategi bisnis di era globalisasi di roledu.com
Sumber : cnnindonesia.com
