Antam Optimistis Bisnis Nikel Tetap Kuat Meski LG Mundur dari Proyek EV

Antam bisnis nikel
Sumber Foto : Freepik

PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tetap optimistis terhadap prospek bisnis nikel, meskipun LG Energy Solution (LGES) menarik diri dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) dalam skema Indonesia Grand Package. Pemerintah memastikan bahwa program hilirisasi nikel tetap berlanjut. Hal ini menjadi peluang strategis bagi Antam sebagai pemasok utama bijih nikel limonit.

Meskipun LGES mundur, Antam terus membangun kerja sama dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL). Perusahaan ini merupakan anak usaha dari raksasa baterai dunia, CATL. Kolaborasi ini semakin memperkuat posisi Antam dalam rantai pasok baterai EV nasional.

Hilirisasi Nikel Dorong Nilai Tambah Antam

Analis Panin Sekuritas, Andhika Audrey, menilai peluang hilirisasi baterai EV tetap terbuka lebar untuk Antam. Menurutnya, transformasi nikel menjadi bahan baku baterai akan mendorong kenaikan valuasi jangka panjang. Karena itu, Panin Sekuritas menaikkan target harga saham Antam dari Rp1.700 menjadi Rp2.300.

Penilaian ini menggunakan metode DCF sebesar 30% serta rasio EV/EBITDA sebesar 8,6 kali untuk tahun 2025. Selain itu, Andhika mengungkapkan bahwa mulai 2025, Antam akan mendapatkan pasokan 30 ton emas dari Freeport. Pasokan ini tidak dikenai biaya premium atau PPh impor.

“Tambahan pasokan emas ini akan menjadi game changer bagi margin laba dan struktur biaya Antam,” ujarnya.

Proyek Tetap Berjalan dengan Mitra Baru

Mundurnya LGES memang disayangkan. Namun, proyek ekosistem baterai EV tetap berjalan sesuai rencana. Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep), Bisman Bakhtiar, menyatakan bahwa perubahan mitra adalah bagian dari dinamika investasi global.

Menurutnya, hal terpenting adalah kelanjutan proyek karena Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. “Jika hilirisasi berjalan sukses, potensi nilai tambahnya sangat besar. Walaupun harga nikel saat ini menurun, peluang cuan jangka panjang tetap terbuka,” jelas Bisman.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, juga memastikan struktur proyek Indonesia Grand Package tetap solid. Hanya susunan mitra investasi di beberapa joint venture (JV) yang mengalami perubahan. Posisi LG digantikan oleh Huayou asal Tiongkok yang bekerja sama dengan BUMN Indonesia.

“Groundbreaking proyek lanjutan tetap dijadwalkan tahun ini,” ungkap Bahlil. Ia juga menegaskan, investasi senilai hampir US$8 miliar tetap akan direalisasikan. Tidak ada pembatalan atau penghentian proyek.

Sebagai bagian dari proyek ini, Presiden Joko Widodo telah meresmikan pabrik sel baterai EV pertama di Indonesia pada Juli 2024. Pabrik berlokasi di Karawang, Jawa Barat, ini merupakan hasil kerja sama antara Hyundai Motor Group dan LGES melalui PT HLI Green Power. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 10 GWh per tahun.


Baca artikel menarik lainnya di sini: roledu.com

Sumber : cnbcindonesia.com

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *