Produksi tahu menurun di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Kenaikan harga kedelai impor membuat para perajin mengurangi jumlah produksi mereka.
Eppi Andrian Prayoga, seorang perajin tahu di Wonomulyo, menyampaikan bahwa harga kedelai impor kini mencapai Rp 10.700 per kilogram. Sebelumnya, harga masih di angka Rp 9.200. Kenaikan terjadi sejak awal April 2025, usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal.
Menurut Eppi, distributor dari Makassar menyebut kenaikan ini sebagai dampak dari perang dagang global. Harga melonjak tajam setelah Idul Fitri.
Akibatnya, Eppi hanya mampu memproduksi 450 kilogram tahu per hari. Padahal sebelumnya, produksi harian bisa mencapai 700 kilogram. Meski begitu, ia memilih tidak menaikkan harga atau mengurangi ukuran tahu.
“Saat ini, satu papan tahu masih kami jual Rp 21.000. Isinya 100 potong atau Rp 210 per potong,” ujar Eppi, Minggu (27/4/2025).
Ia menambahkan, keuntungan yang didapat memang menipis. Namun, ia tetap harus menggaji karyawan dan membeli kayu bakar. Bagi Eppi, mempertahankan kualitas lebih penting agar pelanggan tetap loyal.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 27 April 2025, harga kedelai lokal nasional mencapai Rp 9.245 per kg. Angka ini 14,2% lebih rendah dari Harga Acuan Pembelian (HAP) tingkat produsen.
Sedangkan harga kedelai impor di Sulawesi Barat untuk konsumen tercatat Rp 11.842 per kg. Nilai ini hanya 1,32% lebih rendah dari HAP tingkat konsumen berdasarkan Perbadan 6/2024 dan 12/2024.
Para perajin berharap pemerintah segera turun tangan. Mereka ingin harga kedelai kembali stabil agar usaha tetap jalan dan masyarakat tetap bisa membeli tahu dengan harga terjangkau.
Baca artikel lainnya seputar UMKM dan strategi ekspor di era digital di sini: roledu.com
Sumber : investor.id