Tarif Impor AS Ancam Ekspor Keramik Indonesia, Pengrajin Plered Rugi Hingga Rp500 Juta

ekspor keramik Indonesia
Sumber Foto : Freepik

Dampak kebijakan tarif impor dari Pemerintah Amerika Serikat (AS) mulai dirasakan langsung oleh pelaku industri kerajinan dalam negeri, khususnya sektor ekspor keramik Indonesia. Penerapan tarif resiprokal yang digulirkan di era Presiden Donald Trump menyebabkan banyak pembeli dari AS menahan pemesanan produk, termasuk keramik dari Indonesia.

Selama triwulan pertama tahun 2025, belum ada satu pun transaksi ekspor keramik ke AS yang tercatat. Padahal sepanjang 2024, Indonesia mampu mengirimkan enam kontainer keramik ke Negeri Paman Sam.

Salah satu pengrajin keramik dari Sentra Plered, Jawa Barat, Eman Sulaeman, mengungkapkan bahwa hingga saat ini ia belum menerima satu pun konfirmasi pesanan dari mitra dagangnya di Amerika. Biasanya, setelah mengikuti ajang pameran seperti International Furniture Expo (IFEX), ia mendapatkan beberapa pesanan dari luar negeri.

Eman terakhir mengikuti IFEX pada 10 Maret 2025. Namun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini belum ada pemesanan yang masuk. “Biasanya saya bisa kirim tiga kontainer per tahun hanya ke AS, dengan omzet antara Rp500 juta hingga Rp600 juta. Tapi tahun ini masih nol,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa sekitar 50% dari total ekspornya memang berasal dari pasar Amerika. Selebihnya ditujukan untuk pasar Eropa dan Asia. Target awal Eman untuk tahun ini adalah mengirimkan 10 kontainer ke AS. Namun, rencana itu kini terpaksa ditangguhkan. “Jangankan 10 kontainer, tiga saja sekarang tidak ada. Kita harap setelah Lebaran Syawal ada perubahan positif,” ucapnya.

Langkah Bertahan dan Alternatif Pasar Ekspor

Meski potensi kerugian akibat terhentinya ekspor keramik Indonesia ke AS bisa mencapai setengah miliar rupiah, Eman tetap menunjukkan sikap optimistis. Ia kini berfokus menjajaki peluang pasar baru di kawasan Eropa dan Asia. Selain itu, perluasan pasar dalam negeri juga menjadi strategi bertahan di tengah ketidakpastian global.

“Amerika sementara kita lupakan dulu, tapi tetap kita follow up dari database pameran kemarin. Mudah-mudahan bukan hanya AS, tapi juga Eropa bisa terbuka kembali,” tutur Eman saat diwawancarai pada Minggu, 27 April 2025.

Langkah seperti ini mencerminkan semangat adaptif dari pelaku usaha kerajinan Indonesia dalam menghadapi dinamika perdagangan global yang semakin tidak menentu.


Baca artikel lainnya seputar UMKM dan strategi ekspor di era digital di sini: roledu.com

Sumber : investor.id

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *