Aktivitas sektor manufaktur di China melemah tajam pada April 2025. Indeks PMI manufaktur yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS) turun ke angka 49, dari 50,5 pada bulan sebelumnya. Ini adalah kontraksi terburuk sejak Desember 2023 dan juga lebih rendah dari prediksi pasar.
Penurunan ini mengindikasikan tekanan awal dari tarif tinggi Amerika Serikat terhadap produk-produk China. Pemerintahan Donald Trump telah memberlakukan tarif sebesar 145%, yang mulai terasa dampaknya pada sektor industri. Indeks non-manufaktur juga menunjukkan pertumbuhan sektor konstruksi dan jasa yang lebih lambat dari perkiraan.
Menurut Zhao Qinghe, ahli statistik senior di NBS, ada dua penyebab utama penurunan ini. Pertama, basis data yang tinggi pada bulan sebelumnya. Kedua, perubahan kondisi global yang terjadi sangat cepat. Pemerintah China kembali menegaskan bahwa perang dagang tidak membawa kemenangan bagi siapa pun.
Dampak Tarif dan Respons Pemerintah
Robin Xing, Kepala Ekonom China di Morgan Stanley, menyatakan bahwa penurunan ini menunjukkan tarif sudah mulai bekerja. Ia memperkirakan ekonomi akan melambat signifikan pada kuartal ini. Perlambatan ini juga mendorong seruan agar pemerintah memberikan stimulus tambahan.
Beberapa lembaga besar, termasuk UBS dan Goldman Sachs, menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China 2025 menjadi sekitar 4% atau bahkan lebih rendah. Ekspektasi ekspor juga suram. Dalam satu perkiraan, pengiriman barang China bisa turun hingga 60%.
Pesanan ekspor baru jatuh ke level terendah sejak Desember 2022. Ini adalah penurunan terbesar sejak April tahun itu, saat Shanghai menjalani lockdown akibat pandemi. Sub-indikator PMI juga menunjukkan kontraksi lapangan kerja manufaktur terburuk sejak Februari tahun lalu. Ini memperkuat tekanan pada pemerintah untuk menjaga kestabilan pasar tenaga kerja.
Sebagai upaya awal, Beijing menyiapkan rencana untuk membantu perusahaan mengakses pinjaman dan mendorong konsumsi domestik. Namun, belum ada kebijakan stimulus besar yang diumumkan. Pemerintah masih fokus menjalankan paket stimulus yang telah disetujui Maret lalu.
Sementara itu, Beijing tidak terlihat terburu-buru untuk bernegosiasi dengan Washington. Menteri Luar Negeri Wang Yi memperingatkan negara-negara lain agar tidak tunduk pada tekanan tarif AS. Ia menegaskan bahwa memberi kelonggaran justru akan memperkuat pihak yang agresif.
Kontras PMI Swasta dan Permintaan Ekspor
Menariknya, PMI versi swasta dari Caixin justru mencatat angka 50,4 pada April 2025. Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 49,7. PMI ini umumnya mencerminkan aktivitas di perusahaan kecil dan berorientasi ekspor.
Meski tumbuh, laju pertumbuhan melambat. Wang Zhe, ekonom senior di Caixin Insight Group, menyatakan bahwa permintaan luar negeri turun cepat. Pesanan ekspor baru tercatat menurun paling tajam sejak Juli 2023. Hal ini menyebabkan total pesanan baru hanya sedikit meningkat pada April.
Baca juga artikel lainnya seputar tren ekonomi dan bisnis digital di sini: roledu.com
Sumber : bisnis.com