Ekonomi Amerika Serikat mencatat kontraksi sebesar 0,3% pada kuartal pertama tahun ini. Data ini dirilis oleh Departemen Perdagangan AS dan menandai penurunan pertama dalam tiga tahun terakhir. Melemahnya ekonomi terjadi di tengah lonjakan impor serta berkurangnya belanja pemerintah.
Kenaikan impor yang drastis—mencapai lebih dari 40%—terjadi karena banyak perusahaan mempercepat masuknya barang sebelum tarif baru diberlakukan. Meskipun dalam perhitungan PDB impor dianggap sebagai beban, lonjakan ini diperkirakan akan bersifat sementara dan bisa kembali stabil di kuartal berikutnya.
Sementara itu, belanja konsumen hanya tumbuh 1,8%, turun dari 4% pada akhir 2024. Penurunan ini diyakini bukan karena melemahnya daya beli, melainkan karena konsumen mempercepat pembelian menjelang kenaikan harga akibat tarif.
Dampak Tarif dan Reaksi Pemerintah
Presiden Donald Trump menyalahkan pendahulunya, Joe Biden, atas kondisi tersebut. Dalam sebuah siaran televisi, ia menegaskan bahwa kebijakan perdagangannya akan menarik investasi dan memperkuat sektor manufaktur dalam negeri. Ia juga menepis kekhawatiran publik soal harga barang, pasokan, dan inflasi.
“Anak-anak mungkin hanya akan punya dua boneka, bukan tiga puluh. Tapi dua boneka itu mungkin sedikit lebih mahal,” ujarnya.
Gedung Putih menilai laporan PDB sebagai indikator masa lalu. Juru bicara Karoline Leavitt menyebut angka dasar ekonomi justru menunjukkan momentum positif sejak Trump kembali menjabat pada Januari.
Sejumlah tarif baru diberlakukan atas barang-barang dari China dan negara lain. Meski beberapa kebijakan telah direvisi, tarif keseluruhan saat ini tetap menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 100 tahun.
Laporan ini mencakup periode hingga akhir Maret. Artinya, data belum mencerminkan dampak penuh dari tarif besar-besaran bertajuk “Hari Pembebasan” yang diumumkan setelahnya. Kebijakan tersebut memicu kejatuhan pasar saham dan gejolak di pasar mata uang serta surat utang.
Di tengah ketidakpastian, investasi bisnis justru mengalami kenaikan tak terduga. Penjualan akhir kepada pembeli domestik swasta—indikator penting permintaan dalam negeri—tumbuh sebesar 3%, tidak jauh berbeda dari kuartal sebelumnya.
Namun, banyak perusahaan besar seperti Stellantis dan Mercedes belum memberikan proyeksi penjualan karena ketidakpastian perdagangan global. Beberapa perusahaan, seperti Stanley Black & Decker, juga telah mengumumkan kenaikan harga produk.
Indeks saham utama di AS sempat melemah saat data ini dirilis, namun ditutup mendatar karena pelaku pasar menanti kepastian lanjutan. Ekonom dari Wells Fargo menyatakan bahwa meski risiko resesi meningkat, penurunan PDB ini belum menandai awal dari resesi. Mereka juga mencatat bahwa dampak negatif perdagangan kali ini menjadi yang terbesar sejak era 1940-an.
Baca Artikel Lainnya di Roledu
Sumber : bbcnews.com