Ketegangan India-Bangladesh Memanas, Dunia Usaha Hadapi Dampak Perdagangan

ketegangan India-Bangladesh
Sumber Foto : Freepik

Setelah beberapa bulan saling melontarkan kritik, hubungan India dan Bangladesh kini memburuk. Ketegangan ini berdampak langsung pada dunia usaha, terutama sektor ekspor tekstil yang menjadi tulang punggung ekonomi Bangladesh.

Awal April lalu, Bangladesh membatasi impor benang kapas dari India melalui jalur darat demi melindungi industri lokal dari persaingan harga yang tidak seimbang. Tak lama kemudian, India menghentikan fasilitas transshipment yang selama ini digunakan Bangladesh untuk menyalurkan produk ekspor ke negara ketiga melalui pelabuhan dan bandara India. Alasan yang diberikan adalah “kemacetan logistik”, meski banyak yang menilai langkah ini sebagai reaksi politis.

Ekspor Terhambat, Dunia Usaha Terpukul

Fasilitas transshipment yang kini dihentikan berperan penting dalam pengiriman cepat produk garmen Bangladesh ke Eropa dan Amerika Serikat. Pengusaha seperti Anis Ahmed dari MGH Group menyebutkan, jalur darat India memungkinkan pengiriman dalam waktu seminggu, sementara lewat laut bisa memakan waktu hingga delapan minggu.

Pada tahun 2024, ekspor benang kapas India ke Bangladesh mencapai $1,6 miliar, sepertiganya dikirim lewat jalur darat. Selain itu, lebih dari $1 miliar produk garmen Bangladesh dikirim ke luar negeri melalui jalur kombinasi darat dan udara di India. Kini, pengusaha menghadapi biaya logistik yang lebih tinggi dan pengiriman yang lebih lambat.

Sementara itu, Bangladesh juga sedang meninjau kembali kebijakan transit yang sebelumnya diberikan kepada India untuk mengangkut barang ke wilayah timur lautnya yang terisolasi. Kebijakan ini sebelumnya memangkas waktu dan biaya distribusi bagi India.

Faktor Politik dan Geopolitik Memperkeruh Situasi

Ketegangan ini bermula sejak mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina digulingkan pada Agustus lalu usai gelombang protes besar. Saat ini, ia berada di pengasingan di India, sementara pemerintahan sementara yang dipimpin Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian, memegang kendali.

Dhaka menuntut agar India mengekstradisi Hasina atas tuduhan pelanggaran HAM, korupsi, dan pencucian uang. Hasina membantah semua tuduhan itu, dan India belum memberikan tanggapan resmi. Hubungan makin rumit setelah Yunus dalam kunjungannya ke China menyebut Bangladesh sebagai “penjaga satu-satunya” jalur laut untuk wilayah timur laut India. Pernyataan ini dianggap menyudutkan India dan menyulut reaksi keras dari politisi India.

India juga menyampaikan keprihatinan atas laporan serangan terhadap minoritas Hindu di Bangladesh, yang dibantah Dhaka sebagai kasus kriminal biasa atau bermuatan politis. Sentimen anti-India pun meningkat di kalangan masyarakat Bangladesh, diperburuk dengan pembatasan visa India yang kini diperketat. Jumlah visa yang diterbitkan setiap hari turun drastis dibandingkan sebelumnya, ketika dua juta warga Bangladesh mengunjungi India tiap tahun.

Pengamat dari kedua negara mengingatkan bahwa eskalasi konflik hanya akan merugikan kepentingan ekonomi bersama. Jika tensi terus meningkat, hubungan dagang, kerja sama regional, dan konektivitas antarnegara bisa terputus. Padahal, hubungan antarwarga kedua negara selama bertahun-tahun telah menjadi fondasi kerja sama yang kuat.


Baca artikel menarik lainnya seputar bisnis dan teknologi hanya di sini: roledu.com

Sumber : bbcnews.com

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *