Ekspor Korea Selatan mencatat pertumbuhan mengejutkan sebesar 3,7% pada April 2025, mencapai total nilai USD 58,21 miliar. Kinerja ini lebih tinggi dibandingkan kenaikan 3,0% pada Maret dan menjadi pertumbuhan terbesar dalam empat bulan terakhir. Hal ini terjadi meskipun terdapat tekanan dari kebijakan tarif Amerika Serikat, khususnya terhadap sektor otomotif.
Pencapaian ini juga melampaui proyeksi median penurunan 2,0% dalam jajak pendapat Reuters, bahkan mengungguli prediksi paling optimistis sebesar kenaikan 0,9%. Mayoritas analis sebelumnya memperkirakan ekspor akan melemah akibat penerapan tarif oleh Presiden AS, Donald Trump.
Namun, beberapa pengamat menilai peningkatan ekspor ini bisa disebabkan oleh pengiriman awal sebelum tarif diberlakukan penuh. Park Sang-hyun, ekonom dari iM Securities, menyebut bahwa hasil April mengejutkan, tetapi belum tentu akan berlanjut pada Mei. Ia menambahkan bahwa jeda sementara pada kebijakan tarif dapat membantu kuartal kedua tampil lebih baik dari dugaan awal.
Permintaan Chip Masih Dominan
Pendorong utama ekspor Korea Selatan di bulan April adalah lonjakan permintaan terhadap semikonduktor, terutama chip kelas atas. Ekspor semikonduktor naik signifikan sebesar 17,2%, seiring rebound harga memori dan kebutuhan global yang tetap tinggi. Produk komunikasi nirkabel juga melonjak hingga 26,5%.
Sebaliknya, produk seperti komputer dan panel layar mengalami penurunan masing-masing sebesar 15,3% dan 7,6%. Ekspor mobil turun 3,8%, namun suku cadang otomotif justru tumbuh 3,5%. Produk baja pulih dengan kenaikan 5,4% setelah tiga bulan berturut-turut mengalami penurunan, sementara ekspor produk biofarmasi meningkat tajam hingga 21,8%.
Ketegangan Dagang AS-BErdampak Terbatas
Presiden Trump sebelumnya telah memberlakukan tarif 25% untuk impor baja sejak Maret dan kemudian memperluas cakupan tarif 25% pada produk otomotif pada awal April. Selain itu, ia mengusulkan tarif lebih tinggi pada sektor suku cadang mobil, chip, dan produk biofarmasi. Namun, kebijakan ini kemudian diberikan pengecualian sementara untuk produk elektronik dan penyesuaian terhadap tarif otomotif.
Jeda sementara tarif selama 90 hari memberikan waktu bagi Korea Selatan untuk menyusun paket perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat guna menghindari pemberlakuan ulang tarif tinggi pada bulan Juli mendatang.
Meski begitu, ekspor ke Amerika Serikat tetap mengalami penurunan sebesar 6,8%, sementara ekspor ke China naik 3,9%. Ekspor ke Uni Eropa melonjak paling tajam hingga 18,4%, mencapai rekor USD 6,7 miliar.
Neraca Dagang Masih Surplus
Dari sisi impor, Korea Selatan mencatat penurunan sebesar 2,7% menjadi USD 53,32 miliar, setelah mencatat kenaikan 2,3% di bulan sebelumnya. Surplus perdagangan negara tersebut sedikit menyempit menjadi USD 4,88 miliar, dibandingkan dengan USD 4,92 miliar pada Maret.
Meski prospeknya masih penuh ketidakpastian, terutama karena konflik dagang antara Washington dan Beijing, kinerja ekspor Korea Selatan tetap menjadi barometer awal yang penting dalam memantau kondisi perdagangan global.
Baca artikel lainnya seputar tren ekonomi global dan strategi bisnis UKM di sini: roledu.com
Sumber : reuters.com