Polestar, produsen mobil listrik asal Swedia, memutuskan untuk menunda proyeksi bisnis tahun 2025. Langkah ini diambil sebagai respons atas kemungkinan dampak negatif dari kebijakan tarif impor Amerika Serikat. Keputusan ini langsung menekan harga saham Polestar hingga turun 6% di bursa saham AS.
Padahal, pada awal bulan ini, perusahaan melaporkan pertumbuhan penjualan yang solid untuk kuartal pertama 2024. Namun, CEO Michael Lohscheller menyebut bahwa tarif impor dari AS berpotensi mengganggu rantai pasokan global dan menaikkan harga kendaraan. Polestar kini berupaya mengurangi ketergantungan pada produksi di Tiongkok. Mereka tengah memindahkan sebagian operasi manufaktur ke wilayah Amerika dan Eropa.
Kebijakan tarif tinggi dari mantan Presiden AS, Donald Trump, membuat banyak produsen mobil melakukan penyesuaian besar. Tarif minimal 145% untuk barang-barang dari China telah membuat perusahaan besar seperti Stellantis, General Motors, dan Volvo Cars menarik kembali proyeksi keuangan mereka. Sebagai tanggapan atas tekanan industri, Trump baru-baru ini menandatangani perintah eksekutif. Perintah tersebut memberikan insentif berupa pengurangan bea dan sistem kredit untuk komponen mobil tertentu.
Produksi Global dan Tantangan Pelaporan Keuangan
Polestar sudah memiliki pabrik di South Carolina yang memproduksi model Polestar 3. Namun, produksi Polestar 4 akan dilakukan di Korea Selatan dan ditujukan untuk pasar AS. Produksi akan dimulai pada paruh kedua 2024, yang membuat perusahaan berisiko terkena dampak langsung dari tarif baru tersebut.
Meski begitu, Polestar tetap menargetkan pertumbuhan penjualan tahunan sebesar 30%–35% hingga dua tahun ke depan. Perusahaan juga memperkirakan peningkatan margin laba kotor sampai 2025. Di sisi lain, strategi diskon yang menyasar pemilik Tesla yang kecewa turut membantu mempertahankan minat pasar di tengah kekhawatiran konsumen terhadap potensi resesi.
Sayangnya, laporan keuangan perusahaan kembali tertunda. Polestar telah mengajukan penundaan penerbitan laporan tahunan 2024 ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC). Dokumen tersebut kini ditargetkan terbit paling lambat 14 Mei. Sebelumnya, laporan kuartal keempat yang seharusnya dirilis pada Maret diundur ke April. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait kejelasan transparansi keuangan Polestar.
Perusahaan juga tercatat pernah merevisi laporan keuangan tahun sebelumnya akibat kesalahan pencatatan. Meski begitu, mereka tetap menjadwalkan laporan kuartal pertama 2025 akan dirilis pada bulan Mei.
Hubungan Polestar dengan Volvo dan induk perusahaan Geely turut menjadi perhatian. CEO Volvo Cars, Hakan Samuelsson, mengungkapkan kemungkinan pemanfaatan pabrik baru di Slovakia untuk produksi kendaraan Polestar dan merek lain di bawah Geely. Kolaborasi ini diharapkan dapat mendukung proses produksi Polestar, yang kini tengah menghadapi tantangan pendanaan dan persaingan ketat dengan pemain besar seperti Tesla.
Sebelumnya, Volvo telah mengurangi kepemilikan saham di Polestar dan menghentikan dukungan finansial. Langkah tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran investor, mengingat kecukupan dana sangat penting bagi kelangsungan ekspansi produksi Polestar di masa depan.
Baca artikel menarik lainnya di sini:
Temukan berita dan panduan digital marketing terbaru untuk bisnis Anda di roledu.com