Amazon menghadapi tantangan besar setelah kebijakan tarif Presiden Trump yang mengenakan bea masuk 145% terhadap produk dari Tiongkok. Langkah ini mempengaruhi banyak perusahaan besar, termasuk Amazon, yang kini harus mencari cara untuk mengurangi dampak biaya tinggi.
Meskipun CEO Andy Jassy mengatakan bahwa permintaan konsumen tetap stabil, para analis khawatir strategi menimbun barang tidak akan cukup untuk mengatasi masalah jangka panjang. Dalam pertemuan dengan investor, Jassy menyatakan bahwa Amazon bekerja sama dengan penjual pihak ketiga untuk mempercepat pengiriman agar menghindari tarif tambahan.
Penjual Pihak Ketiga Tertekan oleh Tarif
Beberapa penjual sudah mulai merasa tekanan. Mereka khawatir stok yang ada tidak cukup untuk beberapa bulan ke depan. Gil Luria dari D.A. Davidson mengatakan, jika ketidakpastian berlanjut, Amazon mungkin terpaksa menaikkan harga atau menurunkan margin.
Sektor penjual pihak ketiga Amazon, yang menyumbang hampir seperempat pendapatan, mengalami penurunan signifikan. Pada kuartal pertama, pendapatan mereka hanya tumbuh 7%, lebih rendah dari perkiraan.
AWS Tidak Cukup Menopang Bisnis E-Commerce
Unit cloud AWS yang menjadi andalan Amazon juga tidak bisa sepenuhnya mengimbangi tekanan di sektor e-commerce. Kinerja AWS pada kuartal pertama mengecewakan setelah Microsoft dan Google menunjukkan hasil yang jauh lebih baik. Meskipun begitu, analis masih percaya bahwa AWS tetap memiliki potensi untuk tumbuh.
Masalah Amazon semakin kompleks dengan berakhirnya kebijakan de minimis pada 2 Mei. Kebijakan ini memungkinkan barang murah dari luar negeri masuk ke AS tanpa bea. Kini, Amazon harus menghadapi dampak dari perubahan tersebut, yang bisa semakin menekan penjual kecil.
Saat ini, Amazon belum menjelaskan apakah mereka akan menyerap sebagian biaya tambahan ini atau memberikan bantuan kepada penjual agar tetap dapat menjaga harga tetap kompetitif.
Kesimpulan: Amazon Hadapi Tantangan Berat
Amazon harus segera mencari solusi baru agar dapat bertahan di tengah ketidakpastian ini. Jika tidak, mereka berisiko kehilangan penjual dan menghadapi lonjakan harga yang lebih sulit dikendalikan.
Baca artikel menarik lainnya seputar strategi bisnis dan digital marketing di roledu.com
Sumber : reuters.com