Harrods menjadi korban terbaru dalam serangkaian serangan siber yang melanda industri ritel Inggris, menyusul insiden yang lebih dulu menimpa Marks & Spencer (M&S) dan Co-op. Meskipun sistem internalnya sempat dibatasi, semua gerai fisik dan situs web Harrods, termasuk toko andalan di Knightsbridge serta outlet di bandara dan H Beauty, tetap beroperasi seperti biasa.
Harrods Mengalami Upaya Akses Ilegal
Dalam pernyataannya, Harrods mengonfirmasi adanya upaya akses ilegal ke sejumlah sistem mereka. Tim keamanan TI perusahaan langsung mengambil langkah pencegahan dengan membatasi akses internet di seluruh lokasi operasional untuk menjaga keamanan data. Hingga kini, belum ditemukan indikasi kebocoran data pelanggan, sehingga Harrods tidak meminta pelanggan untuk mengambil tindakan apa pun.
Serangan terhadap Harrods terjadi di tengah krisis siber yang masih berlangsung di M&S. Perusahaan tersebut telah menghentikan pemesanan daring selama hampir satu minggu akibat gangguan sistem otomatisasi stok. Dampaknya, rak-rak toko mengalami kekosongan, dan layanan kartu hadiah serta program loyalitas pun terganggu. Bahkan, sistem rekrutmen M&S ikut lumpuh, memaksa mereka menarik seluruh lowongan kerja dari situs resmi.
Co-op dan Serangan yang Sama
Sementara itu, Co-op juga mengonfirmasi adanya percobaan peretasan. Beberapa sistem internal ditutup sementara, dan staf diminta tetap menyalakan kamera saat konferensi daring sebagai tindakan preventif. Meski begitu, operasional toko dan layanan daring tetap berjalan normal.
Ketiga peritel besar ini diketahui menggunakan sistem teknologi yang serupa, yakni SAP, yang menjadi target potensial dalam serangan siber ini. Belum dapat dipastikan apakah ketiga insiden tersebut saling berkaitan atau dilakukan oleh kelompok peretas yang sama.
Lembaga Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC) tengah bekerja sama dengan pihak M&S dan Co-op untuk menyelidiki insiden tersebut. Kepolisian Metropolitan London juga telah mengerahkan unit kejahatan siber, dibantu oleh Badan Kejahatan Nasional, guna menyelidiki serangan terhadap M&S secara menyeluruh.
Kepala Eksekutif NCSC, Richard Horne, menegaskan bahwa insiden ini seharusnya menjadi peringatan serius bagi seluruh organisasi. Ia mendesak perusahaan untuk memperkuat sistem keamanan digital agar dapat mencegah, menangani, dan memulihkan diri dari serangan siber secara efektif.
Peringatan bagi Sektor Ritel
Serangan siber terhadap sektor ritel bukanlah hal baru. Tahun lalu, WH Smith menjadi korban ketika data pribadi karyawan lama dan baru berhasil diakses oleh peretas. Bahkan sebelum itu, situs Funky Pigeon milik WH Smith juga sempat lumpuh selama seminggu akibat serangan serupa. Di penghujung 2023, Morrisons juga terkena dampak insiden siber yang menimpa pemasok teknologinya, Blue Yonder, menjelang musim belanja Natal.
Dengan maraknya serangan yang terjadi secara beruntun, industri ritel kini berada dalam siaga tinggi. Pelaku bisnis diimbau untuk segera meninjau ulang protokol keamanan digital mereka demi melindungi data dan kepercayaan konsumen.
Baca Artikel Lainnya di Roledu:
Ingin tahu bagaimana bisnis bisa lebih tangguh di era digital?
Temukan wawasan lainnya di sini: roledu.com
Sumber : theguardian.com