Mengenal Akuntansi dalam Bisnis Digital: Kenapa Marketer Harus Peduli?

Akuntansi
Sumber Foto : Freepik

Digital marketing di tahun 2025 bukan lagi sekadar soal strategi konten, iklan berbayar, atau tren viral. Kini, marketer harus bisa menjawab pertanyaan penting yang sering ditanyakan pemilik bisnis: “Berapa hasil konkret dari kampanye ini terhadap penjualan?” atau “Apakah biaya iklan kita sepadan dengan hasilnya?”

Kondisi pasar digital Indonesia juga ikut mendorong pergeseran ini. Di tengah persaingan yang semakin padat—baik di e-commerce, media sosial, maupun social commerce seperti TikTok Shop—banyak pelaku UKM mulai lebih berhati-hati dalam mengalokasikan anggaran marketing. Kampanye yang “terlihat ramai” saja tidak cukup. Efektivitas harus bisa dibuktikan lewat angka.

Selain itu, meningkatnya penggunaan AI dalam marketing, ketatnya regulasi data pribadi, dan naik-turunnya algoritma platform seperti Meta dan Google, membuat marketer semakin dituntut untuk berpikir strategis dan akuntabel. Di sinilah akuntansi masuk sebagai kemampuan pendukung yang tak lagi bisa diabaikan.


Akuntansi dan Marketing: Apa Hubungannya?

Banyak marketer masih menganggap akuntansi sebagai urusan “orang finance”. Tapi di era digital saat ini, keduanya justru saling berkaitan erat. Dalam konteks marketing, akuntansi membantu kita:

  • Mengukur kinerja kampanye dengan akurat
  • Mengelola anggaran secara efisien
  • Membuktikan ROI ke pemilik bisnis atau investor
  • Menyusun proyeksi biaya untuk strategi jangka panjang

Dengan kata lain, akuntansi memberi kerangka berpikir berbasis data dan dampak nyata bagi bisnis. Tanpa itu, keputusan marketing bisa jadi hanya berdasarkan intuisi.


Tren 2025: Marketing Lebih Akuntabel, Data Lebih Terintegrasi

Beberapa perubahan besar di 2025 yang memperkuat pentingnya pemahaman akuntansi bagi marketer:

● Data-driven marketing makin dominan

Dengan berakhirnya era third-party cookies, banyak brand beralih ke strategi berbasis first-party data. Tapi pengelolaan data ini harus terintegrasi dengan laporan keuangan agar kita bisa tahu mana strategi yang benar-benar menguntungkan.

● AI dan automasi butuh analisis biaya-manfaat

Penggunaan AI tools seperti prediksi perilaku konsumen, AI copywriting, dan chatbot memang membantu efisiensi. Tapi apakah investasi tersebut berdampak pada peningkatan CLV (Customer Lifetime Value)? Akuntansi membantu marketer menjawab pertanyaan ini secara objektif.

● Platform makin ketat soal pelaporan

Google Ads, Meta Ads, dan TikTok for Business kini menyediakan dashboard yang lebih rinci soal konversi dan pengeluaran. Marketer perlu kemampuan membaca dan menyajikan laporan keuangan sederhana dari data tersebut.


Strategi Praktis untuk Marketer: Mulai dari Mana?

Untuk marketer yang ingin mulai menyelaraskan strategi digital marketing dengan prinsip akuntansi, berikut langkah-langkah awal yang bisa diterapkan:

1. Kenali Metode Perhitungan ROI & ROAS

  • ROI (Return on Investment):
    (Keuntungan–BiayaKampanye)÷BiayaKampanye(Keuntungan – Biaya Kampanye) ÷ Biaya Kampanye(Keuntungan–BiayaKampanye)÷BiayaKampanye x 100%
  • ROAS (Return on Ad Spend):
    PendapatandariIklan÷TotalBiayaIklanPendapatan dari Iklan ÷ Total Biaya IklanPendapatandariIklan÷TotalBiayaIklan

Contoh: Jika Anda menghabiskan Rp5 juta di Meta Ads dan menghasilkan Rp15 juta penjualan, ROAS Anda adalah 3x atau 300%.

2. Ukur CAC (Customer Acquisition Cost)

Berapa biaya untuk mendapatkan satu pelanggan baru? Gunakan rumus:
CAC = Total biaya marketing ÷ Jumlah pelanggan baru

Bandingkan dengan CLV agar tahu apakah strategi Anda sustainable.

3. Gunakan Tool Akuntansi Sederhana

Jika belum memakai software akuntansi penuh, Anda bisa mulai dari integrasi dasar di dashboard:

Tujuannya: menyusun laporan pemasaran yang bisa dibaca dan dipahami oleh tim manajemen atau klien.


Penutup: Marketing Tanpa Angka Ibarat Navigasi Tanpa Kompas

Di dunia digital yang serba cepat, marketer yang hanya fokus pada ide kreatif tanpa memantau performa finansial akan mudah kehilangan arah. Pemahaman akuntansi, meski dasar, adalah modal penting untuk memastikan setiap strategi marketing benar-benar membawa nilai bagi bisnis.

Marketer bukan harus jadi akuntan, tapi harus cukup paham angka agar strategi yang dibuat tidak sekadar ramai di layar—tapi juga menguntungkan di neraca.

Ingin tahu lebih lanjut tentang cara menyusun dashboard kinerja marketing yang terhubung ke laporan keuangan? Nantikan artikel berikutnya hanya di roledu.com

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *