Antitrust Google: Potensi Pembubaran Perusahaan Teknologi Raksasa di Tengah Tantangan AI

Monopoli Google
Sumber Foto : Freepik

Google kini tak hanya dikenal sebagai mesin pencari, tetapi juga pemimpin di berbagai sektor teknologi. Sejak awal 2000-an, Google menguasai banyak layanan yang digunakan sehari-hari, dari YouTube hingga Android.

Namun, kesuksesan ini datang dengan harga mahal. Sejak 2023, pemerintah AS menyatakan bahwa Google membentuk monopoli ilegal di mesin pencari, iklan online, dan toko aplikasi. Jika gugatan ini berhasil, Google bisa dipaksa untuk melakukan pemisahan besar-besaran, yang akan menjadi pemecahan terbesar sejak AT&T.

Dampak dari Kasus Antitrust terhadap Google

Pada 2023, dua hakim federal dan sebuah juri federal memutuskan bahwa Google mendominasi pasar secara ilegal. Google berusaha mengajukan banding atas keputusan ini. Jika banding ditolak, perusahaan senilai hampir $2 triliun ini bisa dipaksa untuk melakukan pemisahan besar-besaran.

Tantangan ini datang di tengah berkembangnya teknologi AI. ChatGPT, chatbot dari OpenAI, kini dianggap sebagai ancaman besar terhadap bisnis inti Google. Akhir pekan ini, sidang yang sudah berlangsung selama tiga minggu akan berakhir, dengan keputusan yang bisa mengubah cara kita menggunakan internet.

Google mendapatkan posisi dominannya melalui cara unik dalam memeringkat hasil pencarian. Mesin pencari ini mengurutkan hasil berdasarkan seberapa sering situs lain merujuk ke halaman tersebut. Hal ini membuat hasil pencarian lebih relevan dan kredibel dibandingkan pesaing seperti Yahoo dan Ask Jeeves yang mengorganisir hasil berdasarkan topik.

Selain itu, Google mengikat kesepakatan dengan Apple untuk menjadikannya sebagai penyedia pencarian default di iPhone. Kesepakatan ini, bersama dengan penyertaan Chrome dan mesin pencari Google pada sistem Android, dinilai merugikan persaingan pasar pencarian, menurut Departemen Kehakiman AS.

Pada tahun lalu, Hakim Distrik AS Amit Mehta menyatakan bahwa kesepakatan-kesepakatan tersebut menciptakan keadaan monopoli. Departemen Kehakiman AS kini mendesak Google untuk memisahkan sebagian bisnisnya, terutama terkait dengan browser Chrome dan sistem operasi Android.

Seiring dengan dominasi mesin pencarinya, Google juga meraih keuntungan besar dari iklan online. Pada kuartal pertama 2025, pendapatan Google dari iklan mencapai $66,9 miliar. Google memungkinkan brand membeli iklan online dan membantu penerbit menjual ruang iklan mereka melalui satu platform.

Namun, meskipun Google mendapat dukungan dari beberapa pengadilan terkait cara mereka mengelola jaringan iklan, kasus yang sedang berlangsung bisa memaksa Google untuk membagi atau mengubah cara operasinya. Departemen Kehakiman AS mendesak agar Google menjual beberapa bagian dari bisnis iklannya untuk meningkatkan persaingan.

Pergeseran Menuju AI dan Tantangan untuk Google

Prediksi menunjukkan bahwa teknologi AI akan mengancam dominasi Google. Volume pencarian tradisional bisa turun hingga 25% pada tahun 2026. Konsumen mulai beralih menggunakan alat berbasis AI, seperti ChatGPT, untuk mencari informasi.

Google Gemini, pesaing ChatGPT, masih jauh tertinggal dalam hal pertumbuhan pengguna. Hal ini menunjukkan bahwa Google menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan posisinya di pasar pencarian.

Google harus beradaptasi dengan cepat agar tetap relevan. Jika perusahaan ini gagal dalam banding, kita bisa melihat perubahan besar dalam cara kita menggunakan internet. Hal ini akan berdampak pada pengguna di seluruh dunia.


Untuk berita lebih lanjut mengenai perkembangan teknologi dan ekonomi digital, baca artikel lainnya di roledu.com/artikel.

Sumber : cnn.com

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *