Pendapatan Monster Beverage Turun: Konsumen Mulai Menghindari Minuman Energi Mahal

pendapatan Monster Beverage turun
Sumber Foto : Canva

Monster Beverage, produsen minuman energi asal Amerika Serikat, melaporkan penurunan pendapatan pada kuartal pertama 2025. Pendapatan Monster Beverage turun karena konsumen di AS mulai membatasi pengeluaran mereka, terutama untuk produk energi yang harganya tergolong tinggi.

Cuaca dingin di bulan Januari dan lonjakan inflasi pada Februari membuat belanja konsumen menjadi lebih hati-hati. Hal ini berdampak langsung pada penjualan Monster selama kuartal tersebut. Selain itu, perubahan pola pemesanan dari distributor dan pembotol di AS dan Eropa turut menekan performa penjualan perusahaan.

Tak hanya itu, nilai tukar yang tidak menguntungkan juga memberikan tekanan tambahan terhadap pendapatan bersih perusahaan. Monster mencatat penurunan pendapatan dari lini produk utama mereka seperti Monster Energy dan Reign Total Body Fuel sebesar 0,8%, menjadi $1,72 miliar.

Dampak Tarif dan Strategi Monster ke Depan

Total pendapatan bersih Monster Beverage tercatat turun 2,3% menjadi $1,85 miliar. Angka ini jauh dari prediksi analis yang memperkirakan kenaikan 4,3% menjadi $1,98 miliar berdasarkan data LSEG. Selain segmen minuman energi, lini produk alkohol Monster juga masih menunjukkan kinerja lemah.

Meski begitu, kenaikan harga jual selama setahun terakhir berhasil meningkatkan margin laba kotor dari 54,1% menjadi 56,5%. Dalam menghadapi kenaikan harga aluminium, perusahaan tetap melakukan lindung nilai. Namun, mereka juga harus mengakui beban tarif impor akibat lonjakan harga aluminium di pasar AS yang naik lebih dari 70% selama tiga bulan pertama.

Untuk merespons hal ini, Monster mengumumkan bahwa salah satu anak usahanya akan membangun fasilitas produksi konsentrat di Brasil. Pabrik ini diharapkan beroperasi pada tahun depan guna mengurangi beban tarif impor aluminium. Meski demikian, pihak manajemen meyakinkan bahwa tarif tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja keseluruhan perusahaan.

Sebagai pembanding, Coca-Cola telah lebih dulu memperingatkan bahwa ketidakpastian global dan tarif dapat memengaruhi sentimen konsumen, meskipun hasil keuangannya tetap melampaui ekspektasi analis.

Monster melaporkan laba bersih per saham sebesar 45 sen, sedikit di bawah ekspektasi sebesar 46 sen. Setelah laporan keuangan ini dirilis, saham perusahaan turun 2,2% pada perdagangan di luar jam bursa.


Baca artikel lainnya seputar tren digital marketing dan teknologi periklanan di sini:
roledu.com/artikel

Sumber : reuters.com

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *