Permintaan dunia terhadap budidaya rajungan dari Indonesia terus meningkat. Amerika Serikat, China, Jepang, dan Uni Eropa menjadi pasar utama ekspor komoditas laut ini. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), rajungan-kepiting menjadi komoditas ekspor terbesar keempat setelah udang, tuna-cakalang, dan cumi-sotong-gurita. Nilai ekspornya mencapai USD 513,35 juta pada 2024 atau sekitar 8,6 persen dari total ekspor sektor perikanan nasional.
Namun, tingginya permintaan ini menimbulkan kekhawatiran. Penangkapan rajungan liar secara berlebihan bisa mengancam kelestarian ekosistem laut. Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb Haeru Rahayu, menegaskan pentingnya langkah restocking dan budidaya. Ia menyebut budidaya rajungan sebagai strategi yang menjaga keseimbangan alam sekaligus memperkuat ekonomi masyarakat pesisir.
Kolaborasi Teknologi Budidaya untuk Produksi Crablet
Salah satu langkah konkret yang dilakukan KKP adalah menjalin kerja sama dengan Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI). Selama setahun terakhir, BBPBAP Jepara—balai perikanan milik KKP—berkolaborasi dengan APRI dalam pengembangan teknologi pembenihan rajungan.
Mereka berhasil melewati fase krusial dari zoea ke megalopa. Keberhasilan ini dicapai berkat pengelolaan kualitas air, nutrisi, dan pakan yang optimal. Setelah menjadi crablet, rajungan menjalani proses grading untuk memastikan kualitas benih. Hasilnya, sebanyak 250 ribu ekor crablet telah dilepas ke perairan Situbondo.
Menurut Board of Director APRI, Wita Setioko, teknologi ini berperan penting dalam pembangunan ekonomi biru. Target ke depan adalah agar unit hatchery milik APRI mampu memproduksi crablet secara rutin. Kepala BBPBAP, Supito, menambahkan bahwa sejak 2004, pihaknya telah melakukan pembenihan rajungan dan sejak 2016 telah mendistribusikan 3,5 juta crablet ke berbagai wilayah. Beberapa di antaranya adalah Jepara, Demak, Pati, Lamongan, Cilacap, Brebes, hingga Pekalongan.
Budidaya rajungan kini menjadi peluang besar. Tidak hanya untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi pesisir melalui pendekatan ekonomi biru yang inklusif.
Temukan artikel menarik lainnya seputar kelautan dan inovasi berkelanjutan di sini:
Baca selengkapnya di blog kami
Sumber: idxchannel.com