Kinerja saham DKFT (Central Omega Resources Tbk) terus menguat. Lonjakan harga bijih nikel dalam negeri dan rencana masuk ke industri baterai kendaraan listrik (EV) menjadi pemicunya. RHB Sekuritas bahkan menilai harga wajar saham DKFT berada di angka tinggi, yakni Rp 480 per lembar.
Berdasarkan riset RHB, DKFT telah aktif di sektor tambang sejak 2008. Kini perusahaan berada di bawah naungan Jinsheng Mining. DKFT memiliki izin usaha pertambangan (IUP) melalui tiga anak usaha: Mulia Pascific Resources, Itamatra Nusantara, dan Bumi Konawe Utara. Ketiganya menghasilkan sekitar 3 juta ton bijih nikel per tahun.
DKFT juga mengoperasikan smelter nikel berteknologi blast furnace di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Ke depan, mereka berencana membangun fasilitas HPAL (High Pressure Acid Leach). Fasilitas ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP), bahan utama katoda baterai EV.
Produksi Meningkat, Permintaan Meninggi
Keunggulan DKFT adalah kemampuannya memproduksi bijih nikel berkadar tinggi, hingga 2,1%. Kondisi pasar saat ini pun menguntungkan. Harga bijih saprolit di dalam negeri dipatok premium, seiring melonjaknya permintaan.
Menurut RHB, saat ini terdapat 49 smelter RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace) yang membutuhkan bijih saprolit. Total kebutuhan mereka diperkirakan mencapai 230 juta ton. DKFT berada di posisi strategis untuk menjawab permintaan tersebut.
Fokus pemilik smelter kini adalah meningkatkan utilisasi produksi. Hal ini dipicu kekhawatiran akan kelebihan pasokan nickel pig iron (NPI) dan feronikel, bahan baku stainless steel yang banyak dikonsumsi China. Tahun lalu, keterlambatan penerbitan izin produksi di Indonesia membuat pelaku industri mengimpor 10,4 juta ton bijih dari Filipina.
DKFT mencatatkan kenaikan produksi sebesar 130% sepanjang 2024. Volume produksi mencapai 2,95 juta ton. Perusahaan menargetkan peningkatan bertahap hingga menyentuh 7 juta ton per tahun.
Meski ekspansi smelter senilai US$ 500 juta sempat ditunda, DKFT tetap fokus membangun fasilitas HPAL. Saat ini, DKFT juga memiliki 60% saham di perusahaan RKEF dengan kapasitas produksi NPI mencapai 100 ribu ton per tahun.
Langkah ekspansi ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai EV global. Target kapasitas nasional ditetapkan mencapai 140 GWh per tahun.
Per 14 Mei 2025, saham DKFT tercatat naik 5,8% ke level Rp 396.