Chanel Tetap Investasi Besar di Tengah Ketidakpastian Pasar Amerika dan China

Chanel
Sumber Foto : Freepik

Merek mewah asal Prancis, Chanel, tetap melanjutkan investasi besar pada tahun 2025 meski menghadapi kondisi pasar yang fluktuatif di Amerika Serikat dan China. Kepala keuangan grup, Philippe Blondiaux, menyatakan perusahaan akan mempertahankan belanja modal sebesar 1,8 miliar dolar AS. Angka ini sama dengan pengeluaran tahun lalu dan naik 43% dibanding sebelumnya.

Blondiaux juga mengungkapkan ada tanda-tanda stabilisasi positif di China dan Hong Kong. Namun, dia menilai masih terlalu dini untuk mengatakan pasar benar-benar pulih. Negosiasi tarif dagang yang sedang berjalan juga menambah ketidakpastian bagi bisnis mereka.

Rencana Ekspansi dan Produksi Chanel

Pada tahun fiskal yang berakhir Desember lalu, Chanel mencatat penjualan sebesar 18,7 miliar dolar AS. Penurunan 4,3% terjadi akibat melemahnya permintaan di China. Laba operasi mereka juga turun 30%. Meski begitu, Chanel optimis dan berencana membuka 48 toko baru tahun ini. Hampir setengah dari toko tersebut akan berada di Amerika Serikat dan China, serta ekspansi di Meksiko, India, dan Kanada. Dari jumlah ini, hanya enam toko yang fokus pada produk fashion.

CEO global Chanel, Leena Nair, menyatakan kondisi makroekonomi dan ketegangan geopolitik memberikan tantangan besar. Hal ini sudah berdampak pada penjualan di beberapa wilayah. Untuk menjaga daya beli konsumen, Chanel menaikkan harga produknya sekitar 3% tahun lalu dan kemungkinan akan menaikkan lagi sesuai inflasi tahun ini. Kenaikan harga emas juga bisa membuat harga perhiasan naik lebih tinggi.

Dalam bidang kreativitas, Matthieu Blazy ditunjuk sebagai direktur kreatif baru sejak Desember lalu. Ia memastikan Chanel tidak akan menambah lini pakaian pria, yang selama ini menjadi spekulasi pasar. Pergantian posisi desainer ini terjadi bersamaan dengan perubahan besar di rumah mode ternama lainnya seperti Gucci, Dior, dan Balenciaga, yang berusaha mengembalikan pertumbuhan penjualan.

Chanel dimiliki oleh dua saudara miliarder Prancis, Alain dan Gerard Wertheimer. Sebagai perbandingan, LVMH, grup mewah terbesar dunia, mencatat kenaikan penjualan 1% tahun lalu dengan dukungan pasar Amerika dan Eropa yang menutupi penurunan di Asia. Hermes mencatat pertumbuhan hampir 15% di semua kawasan, termasuk Asia.

Para analis awalnya berharap pasar Amerika bisa menjadi penopang utama pemulihan industri mewah tahun ini. Namun, ketidakpastian tarif impor membuat harapan itu harus direvisi. Konsultan Bain memperkirakan penjualan sektor ini kemungkinan turun antara 2% hingga 5% pada 2025.


Baca artikel lainnya di sini:
Dapatkan insight bisnis dan strategi terbaru di roledu.com/artikel

Sumber : reuters.com

Share it :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *