Ekonomi global mengalami pelemahan serius pada kuartal pertama 2025. Pemicunya adalah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kebijakan tarif impor yang agresif memperburuk pertumbuhan di banyak negara, terutama di kawasan Asia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, ketidakpastian kebijakan ekonomi global telah menekan situasi dunia yang memang sudah rapuh sejak awal tahun. Hal itu disampaikan dalam Rapat Paripurna Penyerahan KEM-PPKF 2026, Selasa (20/5/2025) di Jakarta.
“Perang dagang yang semakin memanas telah memperburuk kondisi global yang sejak awal tahun sudah tidak stabil,” ujar Sri Mulyani.
Pertumbuhan Negara-Negara Besar Tertekan
Korea Selatan hanya mencatat pertumbuhan 0,1 persen (yoy). Ini merupakan capaian terendah sejak pandemi COVID-19 pada 2020. Malaysia pun turun dari 4,9 persen pada triwulan IV 2024 menjadi 4,4 persen di kuartal I 2025.
Singapura juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Dari 5 persen pada akhir 2024, menjadi hanya 3,8 persen pada awal 2025.
Amerika Serikat, pemicu utama perang tarif, mencatat pertumbuhan 2 persen pada kuartal pertama. Angka ini menurun dari 2,5 persen pada kuartal sebelumnya. Menurut Sri Mulyani, lonjakan impor menjadi penyebab utama kontraksi ekonomi AS.
Dampak pada Indonesia dan Proyeksi Tahun 2026
Indonesia juga terdampak tekanan global. Ekonomi nasional tumbuh 4,87 persen yoy di kuartal I 2025. Angka ini turun dari 5,02 persen pada kuartal sebelumnya.
Meski demikian, pemerintah tetap optimistis. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2026 diproyeksi berada di kisaran 5,2 hingga 5,8 persen. Target tersebut lebih tinggi dari proyeksi tahun 2025 yang dipatok 5,2 persen dalam APBN.
“Kami tetap fokus menjaga daya beli masyarakat. Transformasi ekonomi, hilirisasi sumber daya alam, dan perbaikan iklim investasi akan terus didorong,” jelas Menkeu.
Pemerintah juga memprediksi nilai tukar Rupiah pada 2026 berada di kisaran Rp16.500 hingga Rp16.900 per Dolar AS.
Fragmentasi Global Jadi Tantangan Baru
Sri Mulyani menilai globalisasi telah bergeser menjadi fragmentasi. Persaingan antarnegara kini muncul di banyak sektor, menggantikan semangat kerja sama yang dulu mendominasi.
Ia menyebut penyusunan KEM-PPKF 2026 menghadapi tantangan besar. Bukan hanya dari sisi angka, tetapi juga perubahan mendasar dalam tatanan dan tata kelola dunia.
Baca artikel lainnya seputar ekonomi dan digital marketing di sini:
roledu.com/artikel
Sumber : liputan6.com