Di tengah tantangan industri global dan kebijakan perdagangan internasional yang terus berubah, Diageo, produsen minuman ternama seperti Johnnie Walker dan Guinness, mengumumkan rencana efisiensi besar-besaran. Perusahaan menargetkan penghematan sebesar USD500 juta (sekitar Rp8 triliun) hingga tahun 2028 untuk menjaga stabilitas keuangan dan daya saing.
Langkah penghematan Diageo ini bukan tanpa alasan. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan menghadapi tekanan penjualan yang menurun, terutama di pasar utama. Melalui efisiensi ini, Diageo menargetkan menghasilkan arus kas bebas sekitar USD3 miliar per tahun mulai 2026. Dana tersebut akan digunakan untuk mengurangi beban utang dan memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.
Di sisi lain, Diageo mendapatkan angin segar dari Amerika Serikat terkait kebijakan tarif impor. Sebelumnya, perusahaan memproyeksikan potensi kerugian hingga USD200 juta per tahun akibat kenaikan tarif atas minuman impor seperti tequila dan whisky. Namun, setelah adanya penundaan penerapan tarif tersebut, dampak yang diperkirakan turun menjadi USD150 juta per tahun.
Produk andalan seperti Don Julio tequila dan Crown Royal whisky menyumbang sekitar 45% dari total penjualan Diageo di pasar Amerika Utara. Jika tarif benar-benar diberlakukan, rantai pasokan dan pendapatan perusahaan bisa terganggu secara signifikan.
Meski menghadapi berbagai tekanan, Diageo mencatatkan pertumbuhan penjualan organik sebesar 5,9% pada kuartal ketiga. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh lonjakan pengiriman produk ke Amerika Utara sebelum tarif baru diterapkan.
CEO Diageo, Debra Crew, menyatakan bahwa strategi efisiensi yang sedang dijalankan diharapkan dapat menjaga kinerja bisnis jangka panjang. Perusahaan juga terus memperkuat merek di pasar utama serta mencari solusi inovatif agar tetap kompetitif dan relevan.
Baca artikel lainnya seputar strategi bisnis dan digital marketing di sini: roledu.com/artikel
Sumber : idxchannel.com