Penjualan ritel Inggris mencatat lonjakan tertinggi dalam hampir empat tahun. Cuaca musim semi yang cerah mendorong peningkatan belanja masyarakat. Menurut Office for National Statistics (ONS), penjualan ritel naik 1,2% pada April 2025. Angka ini jauh melampaui proyeksi analis yang memperkirakan kenaikan 0,2% hingga 0,4%.
Cuaca ekstrem jadi pemicu utama. Met Office mencatat bahwa April adalah bulan paling cerah dan ketiga terhangat sepanjang sejarah. Curah hujan juga hanya setengah dari rata-rata bulanan. Situasi ini mendorong banyak warga Inggris untuk berbelanja kebutuhan pesta taman, barbeku, hingga liburan singkat.
Dalam tiga bulan hingga akhir April, penjualan ritel meningkat 1,8% dibanding periode November–Januari. Ini merupakan pertumbuhan kuartalan tertinggi sejak Juli 2021. Meskipun begitu, ONS merevisi data Maret. Kenaikan yang awalnya diperkirakan 0,4% ternyata hanya 0,1%.
Toko Pangan dan Rumah Tangga Catat Kinerja Terbaik
Sektor makanan menjadi pendorong utama. Penjualannya naik 3,9% dan berhasil menutupi penurunan pada Februari dan Maret. Toko serba ada dan perlengkapan rumah tangga juga mencatat kenaikan, masing-masing sebesar 2,8% dan 2,1%.
Namun, tak semua sektor tumbuh. Toko “lainnya” seperti gerai olahraga dan barang bekas mencatat penurunan tertajam, yaitu 3,1%. Toko pakaian, tekstil, dan alas kaki juga turun 1,8% dibanding bulan sebelumnya. Penurunan ini sebagian dipicu oleh pergeseran waktu libur Paskah.
Meski begitu, analis mencatat adanya peningkatan belanja fesyen jika dibandingkan tahun lalu. Saat cuaca menghangat, konsumen mulai membeli pakaian musim semi dan musim panas. Hal ini berdampak positif bagi ritel fisik, sementara penjualan online justru melemah.
“Retailer fesyen mencatat pertumbuhan tahunan pertama sejak Agustus 2023. Cuaca yang mendukung mendorong konsumen belanja lebih awal,” ujar Jacqueline Windsor, Kepala Ritel PwC.
Optimisme Ritel Dibarengi Kewaspadaan
Erin Brookes, pimpinan ritel Eropa di Alvarez & Marsal, menilai tren positif ini bisa berlanjut. Ia juga mencatat bahwa kepercayaan konsumen mulai pulih. Namun, tantangan tetap ada. Banyak peritel besar seperti M&S dan Harrods menjadi korban serangan siber. Selain itu, tarif impor dari AS masih jadi ancaman. Meskipun demikian, kesepakatan dagang baru antara Inggris dan Uni Eropa memberikan harapan.
Sementara itu, laporan dari BDO menunjukkan penurunan penjualan di minggu terakhir April. Penurunan ini lebih banyak terjadi di kanal online, bukan di toko fisik.
Matt Dalton dari Forvis Mazars mengatakan konsumen mungkin akan lebih berhati-hati. “Inflasi naik, pertumbuhan upah melambat, dan kepercayaan konsumen mulai menurun. Kami masih melihat tren positif, tapi lajunya bisa lebih lambat dibanding awal tahun,” ujarnya.
Ingin baca artikel menarik lainnya?
Temukan berita bisnis, tren digital, dan strategi UKM terkini di roledu.com/artikel.
Sumber : Theguardian.com