Dalam pertemuan selama tiga hari, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari tujuh negara demokrasi terkaya di dunia akhirnya menyepakati pernyataan bersama untuk mengatasi ketimpangan ekonomi global. Langkah ini diambil meski ada perbedaan tajam terkait tarif AS dan isu perang Ukraina.
Pernyataan bersama ini tidak memuat komitmen terhadap penanggulangan perubahan iklim maupun pembelaan terhadap perdagangan bebas seperti biasanya. Referensi mengenai perang Ukraina pun dibuat lebih lunak dibandingkan pernyataan sebelumnya yang menyebut konflik tersebut sebagai “perang agresi ilegal”.
Menteri Keuangan Kanada, Francois-Philippe Champagne, menyampaikan bahwa para anggota G7 berhasil menemukan titik temu dalam isu-isu mendesak. “Ini sinyal yang jelas bahwa G7 bersatu dalam tujuan dan tindakan,” ujarnya saat konferensi pers penutupan, Kamis.
Dokumen tersebut menegaskan bahwa G7 akan terus memantau praktik dan kebijakan ekonomi non-pasar yang menyebabkan ketidakseimbangan perdagangan global. Meski tidak menyebut Tiongkok secara eksplisit, istilah “nonmarket policies” umumnya merujuk pada praktik subsidi ekspor dan manipulasi mata uang yang kerap dikritik oleh Amerika Serikat.
Ketegangan Tarif AS Masih Membayangi
Isu tarif AS memang tidak disebut dalam pernyataan akhir, namun beberapa pejabat menyatakan bahwa hal ini tetap menjadi bahan diskusi. Champagne menyebutkan bahwa pembicaraan tarif tidak dihindari, mengingat dampaknya terhadap pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Jerman, melalui Menteri Keuangan Lars Klingbeil, menyebut tarif telah menjadi beban besar bagi perekonomian global dan mendesak penyelesaian cepat atas sengketa perdagangan. “Tangan kami terbuka untuk dialog,” katanya.
Sementara itu, Menteri Keuangan Prancis, Eric Lombard, menilai suasana pertemuan kali ini lebih terbuka. “Kami tak selalu sepakat, tapi semua isu dibahas dengan hangat,” ujarnya.
Amerika Serikat melalui Menteri Keuangannya, Scott Bessent, juga menilai diskusi berlangsung baik tanpa perbedaan besar yang menghambat.
Perang Ukraina dan Arah Baru Diplomasi
Mengenai perang Rusia-Ukraina, pernyataan G7 kali ini menyebut konflik tersebut sebagai “perang brutal yang berkelanjutan”, tanpa menyebutnya ilegal atau tidak beralasan sebagaimana dalam pernyataan G7 Oktober lalu.
Hal ini mencerminkan perubahan sikap setelah Donald Trump kembali menjabat dan menunjukkan sikap lebih lunak terhadap Rusia. Trump bahkan pernah menyalahkan Kyiv atas konflik tersebut dan mendorong negosiasi damai.
Sementara itu, pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina telah kembali dilakukan untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun di Istanbul, meskipun Kremlin membantah adanya rencana perundingan lanjutan di Vatikan.
Menjelang KTT G7 di Kananaskis
Pertemuan keuangan ini menjadi pembuka bagi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang akan digelar pada 15–17 Juni di Kananaskis, kawasan pegunungan di Kanada. Presiden AS Donald Trump dijadwalkan hadir, menurut pernyataan resmi dari Gedung Putih.
Baca juga artikel lainnya seputar ekonomi global dan strategi bisnis digital di sini:
roledu.com/artikel
Sumber : theguardian.com